PROBATAM.CO – Ankylosing Spondylitis mungkin masih terdengar asing di telinga Anda, tapi gejala penyakit ini cukup umum dialami masyarakat Indonesia. Ankylosing Spondylitis atau disingkat AS, merupakan penyakit autoimun yang masuk kelompok penyakit rematik.
Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan reumatologi, dr. Rudy Hidayat, SpPD-KR menjelaskan, ankylose berarti menyatu, sementara spondylitis adalah tulang belakang yang meradang. Jadi, ankylosing spondylitis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan radang tukang belakang.
“Meskipun pada kasus tertentu bukan hanya tulang belakang saja, radang juga bisa mengenai tangan, lutut, panggul, engkel, tapi sebagian besar ke tulang belakang, mulai dari leher, pinggang, pinggang bawah, sampai tulang ekor,” kata Rudy saat temu media di Double Tree, Jakarta, Kamis 21 Maret 2019.
Gejala awal AS seringkali terabaikan bahkan hingga bertahun-tahun. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negara lainnya. Pasien datang sudah dalam keadaan terlambat bukan lagi radang tapi sudah terjadi penyambungan antartulang.
Studi di Australia tahun 2015 menunjukkan keterlambatan ankylosing spondylitis rata-rata delapan tahun. Padahal itu adalah negara yang maju.
Rudy mengatakan, banyak masyarakat yang menganggap nyeri pinggang adalah hal biasa, karenanya kesadaran masyarakat harus ditingkatkan. Jika nyeri pinggang di usia kurang dari 40 tahun dan terjadi dalam tiga bulan lebih, hilang dan timbul, harus waspada terhadap penyakit ini.
“Jika sudah terlambat, selain treatment tidak bagus, sudah terjadi deformitas,” imbuh Rudy.
Gejala yang biasanya muncul pada pasien AS adalah peradangan, rasa sakit, dan kekakuan di bagian tulang belakang serta sendi lain, seperti bahu, pinggul, tulang rusuk, atau tumit terutama terjadi di pagi hari.
Menurut Rudy, AS memiliki faktor genetik. Penyebabnya merupakan kombinasi antara beberapa faktor, namun faktor genetik paling berperan pada AS. Saat ini diketahui gen HLA-B27 merupakan marker genetik dari AS. Namun, tidak semua yang positif memiliki gen ini akan terkena AS.
Walaupun memiliki gen HLA-B27, bila tidak bermanifestasi, ia tidak akan sakit sampai akhir hayatnya. Tapi, jika ada faktor pemicu yang disebut dengan faktor lingkungan seperti rokok, logam berat misalnya asbes, atau ada infeksi virus tertentu yang memicu sistem imun di dalam tubuhnya salah mengenali tubuhnya sendiri.
sumber : Viva.co.id