PROBATAM.CO, Jakarta – Tim pengendalian inflasi yang terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Bank Indonesia (BI) meluncurkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Tujuannya untuk mengendalikan harga komoditas yang sangat diperlukan masyarakat.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyoroti inflasi harga pangan bergejolak atau volatile foods yang tembus 11,47% dan memberikan andil besar terhadap inflasi tahunan 4,94% sampai Juli 2022. Angka itu disebut telah melewati batas seharusnya.
“Mestinya inflasi pangan itu tidak boleh lebih dari 5%, atau paling tinggi 6%. Ingat inflasi pangan itu adalah masalah perut, masalah rakyat dan itu langsung kesejahteraan masyarakat. Ini bukan masalah ekonomi saja, tapi masalah sosial bagaimana nanti Oktober dan seterusnya jangan sampai ada masalah politik,” kata Perry dalam Peluncuran GNPIP, Rabu (10/8/2022).
Dengan adanya GNPIP, inflasi pangan diharapkan bisa turun maksimal menjadi 6% atau bahkan bisa 5%. Salah satu aksi nyata yang akan dilakukan adalah melaksanakan operasi pasar serentak di 88 titik, 33 kota se-pulau Jawa selama Semester II-2022.
Adapun lokasi titik operasi pasar di antaranya berada di DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Timur. Komoditas yang dijual dengan harga terjangkau pada kegiatan ini yaitu bawang merah, aneka cabai, gula pasir, daging dan telur, serta ayam ras.
“Insya Allah di pusat sedang dikoordinasikan supaya Bupati/Wali Kota provinsi bisa menggunakan anggaran daerahnya untuk bisa melakukan operasi pasar karena ini ada beberapa masalah kepastian hukum dan ada beberapa Bupati/Wali Kota yang takut menggunakan anggaran untuk operasi pasar,” tutur Perry.
Selain itu, Tim Pengendalian Inflasi juga mendorong agar diperluas kerja sama perdagangan antar daerah (PAD) untuk mendukung pemerataan komoditas di seluruh daerah. Sampai semester I-2022, telah terlaksana 31 kerja sama di kawasan Jawa dengan komoditas pertanian berupa beras, jagung, cabai merah dan bawang merah.
“Mari daerah-daerah yang mempunyai produksi lebih kerja sama antar daerah dengan daerah yang membutuhkan. Saya tahu memang pasarnya bisa bergerak, tapi pasar kan ada mata rantai dari petani, pengumpul kecil, menengah, besar. Kalau ada kerja sama antar daerah bisa cepat,” ujar Perry.
Perry mengajak mengembangkan gerakan pertanian untuk meningkatkan produksi dan menjaga ketahanan pangan di tengah gejolak yang terjadi saat ini. Lahan yang terbatas bukan lagi menjadi alasan karena sudah ada pendekatan baru yaitu urban farming hingga agrofarming.
“Dengan berbagai kemajuan teknologi bisa cepat, lahan yang kecil bisa kita lakukan. Asal usul kita adalah pertanian, kita harus kembangkan karena itu ketahanan perut, ketahanan energi yang diperlukan pada saat terjadi gejolak ini,” tandasnya.(*)
Sumber: detik.com