HNSI Anambas Tolak Rencana Pemerintah Datangkan Nelayan Pantura

PROBATAM.CO, Anambas – Rencana Menko Polhukam Mahfud MD akan mendatangkan ratusan nelayan dari Pantai Utara (Pantura) Jawa di laut Natuna Utara mendapat penolakan dari Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPC HNSI) Kabupaten Kepulauan Anambas.

“Laut China Selatan atau sekarang sudah diganti laut Natuna Utara, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas tidak bisa dipisahkan, jadi kita dengan tegas menolak rencana pemerintah pusat untuk mendatangkan ratusan bahkan ribuan nelayan Pantura,” kata M. Yusuf Ketua Harian DPC HNSI Anambas, M. Yusuf kepada PROBATAM, Selasa (14/1).

Yusuf mempertegaskan penolakan tersebut dengan beberapa pertimbangan, salah satunya karena nelayan Pantura menggunakan alat tangkap ikan cantrang.

“Mereka menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan, tentu nanti merusak ekosistem dan biota laut, di masa kepemimpinan Susi Pudjiastuti menteri KKP alat tangkap cantrang itu dilarang,” tegasnya.

Selain itu, menurut Yusuf, selama ini nelayan di Anambas sudah menolak keberadaan kapal-kapal ikan di atas 30 GT dengan alat tangkap jaring atau pursen seine karena menimbulkan banyak persoalan.

“Dari dulu kita HNSI dan nelayan Anambas meminta kepada pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat agar jumlah kapal ikan di atas 30 GT dikurangi karena hasil tangkap nelayan lokal terus mengalami penurunan dan anak-anak ikan habis ikut terjaring,” kata dia.

“Belum lagi persoalan-persoalan seperti pelanggaran zona tangkap, transhipment di tengah laut, persoalan sosial yang muncul,” sambungnya.

Sementara itu, Ketua HNSI Kecamatan Siantan, Muslimin IB mengatakan, rencana pemerintah pusat berpotensi menimbulkan konflik nelayan Pantura dengan nelayan lokal.

“Kalau dipaksakan juga untuk mendatangkan nelayan Pantura di perairan kita memicu potensi perselisihan di laut nantinya,” kata Muslimin.

Selama ini menurut Muslimin,nelayan di Kabupaten Kepulauan Anambas sudah mengeluhkan keberadaan kapal-kapal di atas 30 GT ke atas karena masuk ke kantong-kantong nelayan lokal.

“Nelayan kita adalah nelayan tradisional dengan pancing ulur, sedangkan nelayan luar dengan kapal besar menggunakan jaring dan sering kita temui mereka melakukan penangkapan ikan tidak sesuai aturan,” jelasnya.

Muslimin meminta pemerintah untuk melakukan pemberdayaan nelayan lokal dengan memberikan bantuan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan nelayan.

Dengan begitu, Muslimin mengatakan nelayan dapat ikut aktif berperan melakukan pengawasan.

“Kalau kita di bantu motor (pompong) dan sarana pendukung seperti radio dan Global Positioning System (GPS) kita menjadi mata-mata di laut untuk menjaga kedaulatan laut Indonesia,” tutupnya. (edy)

BACA JUGA

Muhammad Rudi Serahkan 1.004 Kartu BPJS Ketenagakerjaan untuk Nelayan

Jhony

Kapal ASDP Rute Bintan – Natuna Dihentikan Sementara Akibat Tinggi Gelombang Capai 5 Meteran

HDM Fayyadh

Ada Kokain 8,8 Kg di Hutan Pulau Jemaja Kepri

HDM Fayyadh

Hari Ini PDIP Umumkan Resmi Usung 5 Pasang Calonkada di Kepri

Huda

Empat Tahun Pengabdian, Personil Polri Angkatan 2015 Gelar Bakti Sosial

Jhony

RSUD Palmatak dan RS Jemaja Tambah Kecepatan Jaringan Internet

Jhony