PROBATAM.CO, Batam – Ditengah isu mewabahnya penyakit ASF di beberapa negara di Asia, Kementan lepas ekspor babi potong sebanyak 985 sampai 1.000 ekor atau senilai Rp 3,5 miliar tujuan Singapura.
Pada tahun 2019, periode Januari sampai dengan Agustus, ekspor babi dari Pulau Bulan sebanyak 202.610 ekor dan mempunyai nilai ekonomis sekitar Rp 650 miliar.
Bahkan Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian (Barantan) sebelum melepas 1.000 ekor babi ke Singapura, melakukan pemeriksaan terhadap 233 ribu ekor babi yang ada di PT Indo Tirta Suaka di Pulau Bulan, Batam, Kepri.
Dan hasil pemeriksaan, 233 ribu ekor babi tersebut dinyatakan bebas dari virus ASF atau layak diekspor dan dikonsumsi.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil mengatakan hal ini dibuktikan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan personel Karantina Batam.
Dan hasil pemeriksaan, 233 ribu ternak babi di PT Indo Tirta Suaka yang berada di Pulau Bulan, Batam dinyatakan sehat layak dikonsumsi.
“Keberadaan PT Indo Tirta Suaka sangat membantu sekali, selain banyak menyerap ribuan pekerja, pendapatan peternak, jumlah devisa negara dari ekspor ini juga sangat membanggakan, ini yang harus kita lindungi dari ancaman ASF,” kata Ali usai melepas ekspor Tembakau ke Vietnam, Jumat (4/10).
Meski saat ini ekspor ternak babi masih dalam kondisi hidup, kedepan Ali berharap ekspor tersebut sudah dalam bentuk olahan atau minimal setengah jadi dan juga perlu adanya pengembangan tujuan negara ekspor baru.
Tidak saja tujuan Singapura, kedeoan ada negara tujuan baru yang memang angka konsumsi daging babinya terbilang besar.
Lokasi budidaya ternak babi milik PT Indo Tirta Suaka oleh Baratan juga telah ditetapkan menjadi instalasi karantina hewan terpadu, sehingga pengawasan dan sertifikasi ekspor akan lebih mudah dan cepat prosesnya.
“Hal ini juga merupakan komitmen Kementan lewat Barantan dalam mendorong ekspor komoditas ternak babi Indonesia,” jelasnya.
Lebih jauh Ali mengatakan bahwa sistem biosekuriti di Pulau Bulan bisa menjadi percontohan, sebab di Pulau Bulan tidak ada penduduk dan pengunjung yang datang harus memenuhi prosedur biosecurity yang telah ditetapkan
Seperti tidak boleh dalam keadaan sakit, tidak membawa makanan sisa dari luar dan diharuskan memapai pakaian yang steril.
“Bisa jadi role model buat para peternak lain, bisa dicontoh, supaya ternak babinya aman,” ungkapnya.
Senada diungkapkan Mr Desmond W, General Manajer Production PT Indo Tirta Suaka yang menerima langsung Health Certificate dari Barantan sependapat bahwa masyarakat perlu pemngerti tentang bahaya virus tersebut.
Bahkan Desmond meminta dukungan Barantan dan instansi terkait lainnya agar memperketat pengawasannya.
“Mudah-mudahan ASF cukup di 11 negara dan tidak masuk ke Indonesia,” katanya.
Desmond juga mengatakan bahwa virus ASF tidak hanya merugikan peternakan secara nasional, namun juga bisa memusnahkan plasma nutfah babi asli Indonesia. (hai)