PROBATAM.CO, Jakarta — Media asing menyoroti puluhan anak ikut menjadi korban tragedi Kanjuruhan yang menewaskan total 125 orang dan melukai sekitar 300 orang lainnya.
Portal berita asal Singapura seperti Channel NewsAsia sampai The Straits Times yang turut mengangkat cerita tragis anak kelas lima SD menyaksikan kedua orang tuanya tewas terinjak-injak saat berdesakan di tengah kerumunan suporter Arema yang berebut ingin keluar stadion.
“32 anak-anak di antara 125 korban tewas dalam tragedi stampede, tim investigasi dibentuk,” bunyi judul artikel The Straits Times pada Senin (3/10).
“Setidaknya 32 anak-anak meninggal dalam bencana di stadion Indonesia, kepala polisi dipecat,” demikian judul artikel Channel NewsAsia.
Media Australia ABC News, media China The South China Morning Post, portal berita AS CNBC, sampai kantor berita AFP dan Reuters turut memberitakan puluhan anak meninggal dalam tragedi sepak bola paling mematikan dalam puluhan tahun terakhir itu.
Tragedi Kanjuruhan terus menjadi sorotan dunia hingga terus diliput berbagai media internasional. Sebelumnya, media internasional juga menyoroti penggunaan gas air mata oleh polisi dalam menangani kerusuhan usai laga Arema Malang vs Persebaya Surabaya berlangsung di stadion itu pada Sabtu (2/10) malam.
Penggunaan gas air mata sendiri memang dilarang keras dalam pengamanan pertandingan sepak bola menurut regulasi FIFA.
“Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa,” demikian bunyi regulasi FIFA pada Bab III tentang Stewards, pasal 10 soal Steward di pinggir lapangan.
Namun, polisi tetap memakai gas air mata saat mengatasi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10). Sejumlah laporan dan video yang tersebar di media sosial bahkan memperlihatkan polisi menembakkan gas air mata ke tribun penonton yang masih dipenuhi suporter.
Menurut suporter-suporter yang berada di lapangan dan selamat, polisi melepaskan gas air mata guna meredam massa yang sempat masuk ke lapangan usai wasit meniup peluit panjang laga Arema vs Persebaya Surabaya.
Berdasarkan Amnesti Internasional, paparan gas air mata menyebabkan sensasi terbakar dan memicu mata berair, batuk, sesak dada, gangguan pernapasan, serta iritasi kulit.
Klub bola dunia sampai tokoh dunia pun ikut prihatin dan melayangkan pesan duka terhadap Indonesia terutama korban tragedi Kanjuruhan.
Sejumlah negara seperti Malaysia, Inggris, Uni Eropa, hingga Rusia dan Ukraina turut melayangkan pesan duka atas tragedi mematikan itu.
Paus Fransiskus juga ikut mendoakan semua korban tewas dan terluka dalam tragedi Kanjuruhan saat memimpin misa dari balik jendela yang menghadap ke St. Peter’s Square, Vatikan, Roma, Minggu (2/10).
Kericuhan ini bermula ketika skuad tuan rumah, Arema FC, dinyatakan kalah dalam laga melawan Persebaya dengan skor 2-3.
Tak terima, sejumlah pendukung Arema turun dari tribun penonton ke tengah lapangan. Karena situasi kian kacau, kepolisian sempat mengadang penonton, kemudian menembakkan gas air mata.
Namun, gas air mata itu tak hanya ditembakkan ke arah pendukung yang turun ke lapangan, tapi juga ke tribun penonton. Para pengunjung pun panik.
Massa lantas berdesak-desakan keluar dari stadion. Di tengah kepanikan itu, banyak penonton mengalami sesak napas, terjatuh, dan terinjak-injak hingga tewas.(*)
Sumber: cnnindonesia.com