PROBATAM.CO, Malang — Jumlah korban tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Malang, yang telah teridentifikasi pada Selasa (4/10) menjadi 133 orang.
Demikian berdasarkan data yang diterima dari Posko Postmortem Crisis Center per Selasa pukul 02.00 WIB. Dari 133 korban tewas yang teridentifikasi itu, dua di antaranya adalah anggota polisi yang menjadi personel pengamanan laga Arema FC versus Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10) malam lalu.
“Total korban insiden Kanjuruhan Pemerintah Kabupaten Malang: 133,” demikian dikutip dari data Posko Postmortem Crisis Center itu.
Dari 133 korban tewas yang teridentifikasi itu ada sedikitnya 10 jasad yang langsung dibawa pulang pihak keluarga. Pihak posko berhasil mendatanya setelah mendapatkan konfirmasi dari pihak keluarga korban.
Sebelumnya, pemerintah pusat berdasarkan data Polri menyatakan jumlah korban tewas dari Tragedi Kanjuruhan adalah 125 orang.
Sementara itu, perkumpulan suporter Arema atau Aremania menilai jumlah korban lebih besar dari yang dirilis kepolisian atau pemerintah sebelumnya. Oleh karena itu, mereka pun membentuk tim pencari fakta untuk menggali data yang sebenarnya.
Salah satu perwakilan Aremania Dadang Indarto mengatakan dari temuan awal yang dimiliki organisasinya, jumlah korban meninggal dunia tragedi Stadion Kanjuruhan bisa lebih dari 200 orang.
“Kalau data yang dikeluarkan pemerintah sekarang 125 korban meninggal dunia, kami memperkirakan itu lebih. Kalau mejurut perkiraan kami di atas 200,” kata Dadang di Malang, Senin (3/10).
Dadang menyebut perkiraan angka itu adalah temuan awal setelah pihaknya mendapatkan informasi dari Aremania Malang Raya dan sekitarnya.
Kini Aremania pun membentuk tim independen pencari fakta, yang bertugas untuk mengumpulkan data kematian korban dari seluruh wilayah.
“Kami membentuk Tim Aremania Pencari Fakta, itu nantinya akan kami sinkronkan. Kami akan komunikasi antar daerah bukan hanya di Malang Raya saja. Dari Banyuwangi, Madiun, Pasuruan, Blitar, Kediri dan Jombang,” kata dia.
Ia pun meminta pemerintah transparan dalam menyampaikan data yang sebenarnya ke publik.
“Kami memaklumi kalau data [kematian] itu di-publish, maka ini bukan hanya kasus sepak bola Indonesia, tapi menunjukkan lemahnya negara melindungi rakyatnya,” katanya.(*)
Sumber: cnnindonesia.com