Matthijs De Ligt dapat kartu merah saat melawan Ceko. (Photo: CNN Indonesia)

Belanda Layu Sebelum Berkembang

PROBATAM.CO, Jakarta – Usai sudah perjalanan Belanda di Euro 2020 (Euro 2021). Republik Ceko menegaskan Tim Oranye belum bisa mengulang sejarah manis era Marco Van Basten.

Belanda hadir di Euro 2020 tanpa perhatian berlebih. Maklum saja, kesebelasan juara Piala Eropa 1988 itu datang tanpa kekuatan yang mentereng.

Sederet nama seperti Memphis Depay, Georginio Wijnaldum, Frenkie De Jong, dan Matthijs De Ligt jadi pilar andalan yang juga merupakan nama tenar di kubu Belanda.

Tanpa Virgil Van Dijk yang cedera, Belanda pun diragukan bisa berbicara banyak di Euro 2020.

Anak asuh Frank De Boer kemudian menjalankan laga pertama dengan menepis keraguan. Pertandingan melawan Ukraina yang berakhir dengan kemenangan 3-2 menjadi etalase permainan menyerang Belanda.

Selanjutnya kesebelasan yang pernah mendapat sindiran juara tanpa mahkota, lantaran tak pernah jadi juara Piala Dunia, mampu tampil konsisten dengan permainan ofensif saat mengalahkan Austria dan Makedonia Utara.

Keberadaan pemain-pemain seperti Denzel Dumfries pun muncul seiring permainan Belanda yang menghibur.

Menghadapi Ceko di 16 besar, Belanda tampil sebagai unggulan. Ceko pun tak terlalu meyakinkan di fase grup, hanya menempati peringkat ketiga Grup D.

Belanda langsung menampilkan permainan menyerang dengan mengaktifkan sisi sayap. Dumfries dan Patrick Van Aanholt jadi motor serangan. Sementara Wijnaldum, Depay, dan Donyell Malen jadi pusat perhatian di pertahanan Ceko.

Menghadapi tembok kukuh yang dibangun Tomas Kalas dan kawan-kawan, Belanda terlihat tak mudah patah arang. Ambisi besar Depay cs sayangnya tidak dibarengi dengan kemampuan tim dan individu.

Kerja sama antar pemain dalam mengupayakan final pass dan finishing tak terlihat. Kreativitas individu samar ditemui dan buyar ketika masuk daerah genting lawan.

Variasi dalam menyerang tak terlihat konsisten. Hanya ada beberapa momen ketika Depay memegang bola atau saat Malen mendapat umpan panjang terobosan dari lini pertahanan yang membuat Ceko bekerja keras menutup lubang.

Ceko meladeni permainan Belanda dengan baik. Ada kalanya Ceko mundur teratur dan melepas serangan balik, tetapi juga terlihat menjalankan permainan terbuka.

Kepercayaan diri Ceko yang terlihat sejak awal laga menjadi modal penting anak asuh Jaroslav Silhavy memenangkan pertandingan.

Ceko yang tampil sebagai underdog terlihat lebih matang. Kesabaran pemain Ceko bermain tanpa bola menyulitkan Belanda. Begitu pula situasi yang terjadi ketika Ceko memegang bola.
Setelah Ceko terlihat cukup nyaman memainkan bola dan menurunkan tempo pada 10 menit pertama, Belanda coba melakukan pressing.

Dengan cara tersebut, Belanda bisa membuat Ceko tertekan. Tetapi Belanda kebingungan ketika sudah kembali menguasai bola.

Gaya bertahan Ceko menjadi poin sentral dalam laga yang ditonton puluhan ribu suporter dari kedua kubu di Stadion Olimpiade Budapest, Hungaria.

Belanda melepas lima tembakan tanpa satu pun mengarah ke gawang. Jika kinerja pemain-pemain Belanda dalam melakukan penyelesaian akhir bisa lebih baik, maka peluang melaju ke perempat final terbuka.

Angin berubah di babak kedua. Belanda seperti berupaya menurunkan tempo permainan dan tak menggebu-gebu dalam menyerang seperti di babak pertama.

Pergerakan angin seketika bak puting beliung bagi Belanda setelah wasit Sergei Karasev asal Rusia mengeluarkan kartu merah bagi Matthijs De Ligt yang dianggap melakukan handball dengan status sebagai orang terakhir sebelum Patrik Schick berhadapan dengan penjaga gawang Maarten Stekelenburg.

Keputusan wasit tersebut seperti alarm yang membangunkan naluri Ceko untuk mencetak gol. Inisiatif menyerang melawan 10 orang terbukti dengan dua gol yang dicetak Holes dan Schick.

Belanda tak cuma kalah lantaran kartu merah De Ligt, tetapi juga karena tak mampu mengeluarkan permainan terbaik di depan, tengah, dan belakang.

Belanda berulang kali membuat kesalahan, khususnya ketika tak bisa memanfaatkan serangan baik dari open play maupun set piece.

Penampilan ofensif Belanda yang buruk juga tak terlepas dari penampilan pertahanan yang baik. Selain itu lini tengah yang dihuni lima pemain berhasil membuat kuintet De Oranje kehilangan dominasi.

Begitu pula di lini pertahanan yang tak mampu memblokade serangan Ceko. Permainan rapuh Belanda kala bertahan punya andil dalam dua gol Ceko.

Gol pertama yang dilesakkan Holes gagal dihalau tiga orang yang berada di tiang dekat, sementara gol kedua yang dibuat Schick bermula dari kesalahan saat membangun serangan.

Belanda yang dianggap mulai menumbuhkan harapan di fase grup terpaksa harus angkat koper lebih cepat dan Ceko akan bertemu Denmark dalam partai perebutan tempat ke semifinal. (*)

Sumber: CNN Indonesia

BACA JUGA

Cristiano Ronaldo Raih Gelar Top Skor Euro 2020

Indra Helmi

Vidic: Harry Maguire Lebih Bagus di Inggris Ketimbang Manchester United

Lamkaruna

5 Hits Bola: Menang Tipis, Ukraina Singkirkan Makedonia Utara dari Euro 2020

Probatam

Grup C Euro 2020: Kemenangan Belanda atas Ukraina Sisakan Banyak Lubang

Probatam