SKK Migas Sumbagut Support Geopark Nasional Natuna Goes to UNESCO Global Geopark

Geosite ketiga adalah Gua Pantai Kamak di desa Pengadah  Kecamatan Bunguran Timur Laut.


Geosite ketiga ini terletak di desa Pengadah Kecamatan Bunguran Timur Laut, kira-kira membutuhkan waktu 45 menit berkendara dengan kecepatan rata-rata, Sepanjang jalan hotmix mulus menuju geosite ke tiga ini kita akan dimanjakan dengan pemandangan spot pantai yang cantik, ada Pantai Tanjung, Pantai Pulau Sahi, ada juga kawasan wisata mangrove desa Pengadah, beragam kuliner tradisional khas Natuna bisa kita nikmati di kedai-kedai yang menjajakannya di kawasan pantai Selahang desa Tanjung, ada kudapan Kernas, Tabiel Mando, Lempa dan tentu suguhan kelapa muda pelepas dahaga yang menyegarkan.

kuliner Khas Natuna di Pantai Teluk Selahang Tanjung foto : AEH

Berjarak kurang lebih 50 km dari pusat kota Ranai, kawasan  geosite Batu Kamak ( Bamak-red) merupakan Geoheritage berupa singkapan batuan sedimen batuan Fluvial berusia lebih kurang 38 juta tahun hingga 5,1 juta tahun yang lalu.

Wisata Mangrove Desa Pengadah foto AEH

Penelitian sedimentologi dan estimasi parameterpaleohidrologi pada batuan sedimen fluvial bisa menyingkap adanya sejarah sungai purba pada jamannya.

Akses menuju Goa Kamak bisa ditempuh dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4 hingga ujung jalan tanah, selanjutnya untuk mendekati Goa Kamak bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 10 menit, kondisi alam sekitar yang masih alami dirindangi pepohonan khas vegetasi pantai cukup sejuk, apalagi diselaselanya kita bisa menikmati keindahan birunya laut Natuna Utara dan indahnya teluk Pantai Muare berlatar bukit Geosite Tanjung Datok.

Birunya laut dan putihnya Pasir di Pantai Gua Kamak foto : AEH

Perlu kehati-hatian dan sebaiknya mengajak pemandu lokal jika ingin menikmati indahnya pantai dan kawasan Geosite Goa Kamak. Dianjurkan membawa bekal air minum dan makanan karena area ini jauh dari rumah penduduk.

Setelah menikmati indahnya geosite Gua Kamak, tujuan selanjutnya adalah Geoheritage Tanjung Datuk.

Geosite keempat adalah Tanjung Datuk di desa Teluk Buton Kecamatan Bunguran Utara

Tanjung Datuk yang berada di ujung timur laut pulau Bunguran Natuna adalah geosite keempat yang kita kunjungi , luas yang terdata di Disparbud Natuna kurang lebih 7 hektar, Kawasan Geoheritage geosite batuan sediman fluvial ini menurut penelitian Badan Geologi Nasional  juga berusia lebih kurang 38 juta tahun hingga 5,1 juta tahun yang lalu. Bentang alam Tanjung Datuk sangat unik yang mungkin tak akan ditemukan kesamaannya di tempat lain.

Papan petunjuk menuju Geosite Tanjung Datuk foto : AEH

Sejak meyusuri punggung hingga puncak bukit Tanjung Datuk kita akan disuguhi pemandangan pasirnya yang putih dari kejauhan, di sebelah kiri akan tampak  indahnya laut dan pulau Pandek juga hamparan nyiur melambai di pulau Panjang, sementara disebelah kanan hamparan teluk pantai Muare membentang panjang  meliuk hamper sepanjang 3 km.  Di ujung pantai Muare dibawah kaki Tanjung Datuk ada kawasan pantai berpasir putih yang menjadi tempat habitat penyu bertelur hingga kini.

Kawasan Geossite Tanjung Datuk didominasi oleh bebatuan beraneka rupa dan merupakan lokasi terbaik untuk melihat sunset dan sunrise. Di area ini juga terdapat singkapan lapisan batuan yang menarik untuk diteliti. 

Dalam ilmu geologi, batuan-batuan yang tersingkap umunya bisa menunjukan peristiwa dan gejala geologi di suatu tempat tersebut, juga bisa menunjukkan  mineral dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, seperti migas dan bahan tambang lainnya.

Indahnya view dari rumah pandang geosite Tanjung Datuk foto : AEH

Ada rumah pandang di puncak Geosite Tanjung Datuk, pemandangannya menawan, juga ada Mushola didepan rumah pandang

Geosite Tanjung Datuk juga mempunyai Culturaldiversity, Legenda Tanjung Datuk berkaitan erat  dengan legenda cerita rakyat, ada keterkaitan cerita Tanjung Datuk dengan Geosite Tanjung Senubing.

Masyarakat asli Natuna berpantang menyebut nama Senubing saat berada di Tanjung Datuk begitu juga sebaliknya pantang menyebut Tanjung Datuk saat berada di Tanjung Senubing, melanggar pantangan ini bisa mengakibatkan datangnya badai

” Dulu kami diajar orang tua untuk tidak menyebut kedua nama itu saat berada di laut, apalagi saling menunjuk jari, dulu sebelum ada jalan hotmik kami hanya bisa naik pompong jika ingin ke desaTeluk Buton atau sebaliknya dari Teluk Buton ke Ranai, setiap lewat Tanjung Datuk kami, anak-anak diminta sembunyi, masuk kepalka kapal dan tidak boleh ribut, ” jelas Anizar teman pemandu asli Natuna.

Papan penujuk dan rumah pandang di Geosite Tanjung Datuk foto : AEH

Untuk dapat sampai ke puncak Bukit Tanjung Datuk disarankan mengendarai kendaraan roda empat dengan transmisi manual, boleh juga yang 4 WD atau lebih baik sepeda motor non matic karena medannya cukup menanjak dan terjal, meskipun saat ini sudah dilapis beton bertulang, hati- hati saat hujan karena kondisi jalan bisa licin.

Setelah sampai di puncak kita bisa menikmati pemandangan dari rumah pandang atau boleh juga sampai ke puncaknya yang saat ini sudah dibangun fasilitas radar militer, kita bisa minta ijin ke penjaga untuk menikmati pemandangan dari puncak tertinggi.

Mushola di Geosite Tanjung Datuk
foto : AEH

Setelah beristirahat sejenak kita juga bisa menelusuri jalan mengikuti track terjal jalan setapak menurun ke bawah menuju pantai pasir putih, perlu kehati -hatian ekxtra dan sebaiknya membawa teman atau guide lokal karena lokasinya yang terjal dan licin, menurun. 

Meski dibutuhkan upaya lebih keras dan stamina prima untuk mencapai pantainya, jangan menyerah karena jika kita sudah sampai dibawah, kita akan menyaksikan langsung tarian liuk derasnya deburan ombak yang menghantam tebing dinding batuan, riaknya akan berhamburan keudara seperti bintang berkilau,  fenomena yang akan sangat unik untuk diabadikan penggemar swafoto.

Di sedimen batuan yang terhampar dipantai  kita bisa menemukan kolam-kolam kecil yang terbentuk akibat kikisan deburan ombak dan pasang surut air laut.  Jika beruntung kita juga bisa menemukan ikan-ikan kecil yang terjebak  dikolam-kolam alami ini.

Pantai Teluk Tanjung Datuk yang menawan
foto AEH

Di sisi paling ujung hamparan batuan Tanjung Datuk yang menjorok ke arah laut kita bisa menyaksikan susunan batu bongkahan berbentuk kotak menyerupai wajah manusia yang tengah mengenakan tanjak  (Ikat kepala khas melayu-red). Batu inilah yang mungkin menjadi cikal bakal penyebutan “Tanjung Datuk”  oleh masyarakat setempat.

Panorama terindah bisa kita nikmati saat matahari terbit maupun saat matahari terbenam di kedua sisi Tanjung Datuk.  Perlu persiapan dan upaya ekstra jika ingin menikmati fenomena ini.

Dalam legenda lokal, masyarakat setempat sangat menjaga sopan santun adat saat berada di area ini,  salah bicara atau berperilaku tidak sopan dipercaya akan mendatangkan musibah baik berupa angin ribut atau musibah dalam bentuk lainnya.

Di punggung bukit sebelah kiri juga terdapat situs “Batu Meja”, situs ini oleh penduduk setempat dipercaya sebagai tempat perundingan para penguasa gaib di wilayah Natuna.

Batuan sediman fluvial du Tanjung Datuk menurut penelitian Badan Geologi Nasional juga berusia lebih kurang 38 juta tahun hingga 5,1 juta tahun
foto ; ARH

Kawasan Tanjung Datuk menjadi viral saat dijadikan tempat latihan gabungan pasukan pemukul reaksi cepat (Latgab PPRC) tahun 2017 lalu. Latihan Gabungan ini di hadiri Presiden RI Joko Widodo, Beliau menyaksikan prosesi latihan dari pangung kehormatan di puncak Bukit Tanjung Datuk bersama jajaran petinggi TNI saat itu.

Dikawasan Tanjung Datuk Pemerintah RI saat ini tengah membangun instalasi radar udara, kabarnya kawasan militer ini disiapkan dalam rangka mendukung upaya pemerntah RI untuk mengambil kendali udara ( FIR) trafik penerbangan terpadat di ruang wilayah udara NKRI yang sempat dikuasai Singapura.

Sekitar 10 menit dari pintu masuk kawasan Geosite Tanjung Datuk kita bisa singgah di desa Teluk Buton untuk menyapa penduduk setempat. Jika beruntung, saat musimnya kita juga bisa menikmati buah Pauh, sejenis mangga sebesar telur ayam yang memiliki bau harum dan manis, juga renyah segar . 

Masih ada 4 titik geosite lagi yang manjadi bagian dari Geoprak Natuna, geosite kali ini letaknya berada di bagian Selatan Pulau Bunguran Besar, kita lanjutkan lagi explore dalam episode berikutnya.   (*Agung Elisa Hermawan)

*) Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Karya Jurnalistik SKK Migas Sumbagut, di Natuna

BACA JUGA

Kapolri Tarik Irjen Tabana, Brigjen Yan Fitri Jabat Kapolda Kepri

Probatam

Asik.. Kini Anak Pulau Bebas Berselancar, Sinyal Indosat Semakin Kuat di Pulau Terdepan

HDM Fayyadh

Menanti Aliran Cuan dari Rumput Laut Kepulauan Riau (3)

Jhony

Menanti Aliran Cuan dari Rumput Laut Kepulauan Riau (2)

Jhony

Menanti Aliran Cuan dari Rumput Laut Kepulauan Riau

Jhony

BP Batam Kenalkan Peluang Investasi Batam Melalui Webinar Bersama The Jakarta Post

Probatam