PROBATAM.CO, Batam – Kinerja ekspor komoditas pertanian dari Provinsi Kepulauan Riau terutama yang melalui Unit Pelaksana Teknis Karantina Batam di triwulan ke-3 tahun 2019 menunjukkan tren peningkatan.
Bahkan dari frekuensi ekspor, tercatat meningkat hingga 38,8 persen atau sebanyak 2.102 kali pada 2019 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 1.515 kali pada periode yang sama.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil mengatakan, sesuai dengan persyaratan negara tujuan ekspor, pihaknya memberikan jaminan kesehatan dan keamanan produk pertanian berupa Surat Kesehatan baik bagi tumbuhan maupun hewan.
Bahkan guna mempercepat proses bisnis ekspornya, rangkaian tindakan pemeriksaan karantina dilakukan di gudang pemilik.
Sebab selain untuk mempercepat waktu arus barang saat di pengiriman, pemeriksaan dapat lebih efektif dan akurat karena dilakukan sebelum produk di kemas.
“Hal inilah yang memacu peningkatan ekspor di Kepri hingga mencapai 38,8 persen,” kata Ali Jamil saat melakukan monitoring Tempat Pemeriksaan Lain Karantina di gudang pemilik industri olahan tembakau di Batam, Jumat (4/10).
Ali mengatakan peningkatan tersebut seperti jumlah eksportir komoditas pertanian yang meningkat dari 408 pelaku pada tahun lalu kini menjadi 447 pelaku atau naik sekitar 9,6 persen.
Dari sisi keberagaman produk juga mengalami peningkatan sebesar 24,1 persen dari 224 komoditas, menjadi 278 produk.
Sedangkan tonase ekspor komoditas pertanian dari Kepulauan Riau yang disertifikasi Karantina Batam juga meningkat sebanyak 4,5 persen yaitu sebanyak 438,5 ton hingga periode September pada tahun ini, atau setara dengan Rp 13,4 triliun.
“Selain dari peningkatan frekuensi eksportasi, beberapa tolok ukur capaian ekspor juga mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan,” jelasnya.
“Ini sesuai dengan instruksi Mentan, Barantan selaku fasilitator perdagangan pertanian harus kawal eksportir. Permudah dan beri layanan “karpet merah,” katanya menambahkan.
Lebih jauh Ali mengatakan bahwa hal ini memang membanggakan, namun tolak ukur yang sesungguhnya dengan menjaga 3K, yakni menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Selain itu, kesejahteraan petani juga wajib diperhatikan untuk hasil pertanian yang baik.
Ali juga berharap pemerintah daerah dan instansi terkait agar mulai mengembangkan dan menarik investor agar bisa membantu melakukan pengolahan komoditas pertanian, setidaknya menjadi barang setengah jadi.
Seperti ekspor serabut kelapa yang pernah dilakukan di Kepri belum lama ini, tidak dilakukan dalam bentuk bulat.
“Kemarin proses ekspor serabut kelapa sudah benar, jangan lagi ekspor kelapa dalam bentuk bulat lagi, karena akan mengakibatkan banyak kerugian, semua bisa diambil, serabutnya, airnya, batoknya, santan, minyak dan ampasnya supaya menambah margin keuntungannya,” jelasnya.
“Ia juga menekankan jika ada hambatan baik di daerah maupun di pusat, silakan dikomunikasikan dengan karantina terdekat,” kata Ali menambahkan.
Ekspor Tembakau ke Vietnam
Pada hari Kamis, 3 September 2019, Kepala Baratan juga melepas ekspor berbagai komoditas pertanian dengan total sebanyak 428,9 ton atau senilai Rp 4,4 milyar.
Diantaranya komoditas tembakau tujuan Vietnam, bubuk kakao tujuan Rusia, serabut kelapa dan rumput laut tujuan China dan kelapa bulat tujuan China, Malaysia dan Thailand.
Pelepasan ekspor tersebut juga dirangkaikan dengan pemberian phytosanitary certificate dari karantina ke eksportir sebagai jaminan kesehatan produk sekaligus persyaratan SPS (sanitary and phytosanitari) dari negara tujuan.
Senada diungkapkan Kepala Karantina Pertanian Batam, Joni Anwar yang mengatakan berdasarkan data otomasi barantan IQFAST, peningkatan ekspor yang melalui wilayah kerjanya meliputi berbagai sektor.
Diantaranya sektor perkebunan, hortikultura, peternakan dan perikanan.
Joni juga berharap, pemerintah daerah melalui dinas setempat dapat mendorong masuknya investasi dibidang pertanian di Batam.
“Dengan adanya capaian ekspor komoditas pertanian tersebut, masyarakat tidak hanya mengerti namun bisa mengambil bagian terutama untuk menjadi eksportir diberbagai bidang atau sektor pertanian di Kepri,” pungkasnya. (hai)