PROBATAM.CO, Jakarta — Hepatitis B masih menjadi penyakit menular yang harus diwaspadai. Penyakit yang bisa menular ke bayi ini juga belum bisa dihilangkan di Indonesia.
Bahkan, saat ini prevalensi penyakit hepatitis B di Indonesia masih cukup tinggi.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Tiffany Tiara Pakasi mengatakan, berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan pertama penyandang penyakit hepatitis B di Asia Tenggara.
“Kita juara satu ya di Asia Tenggara, prevalensinya sampai 7,1 persen,” kata dia dalam webinar menyambut Hari Hepatitis Sedunia yang digelar Kamis (28/7) secara daring.
Itu berarti, kata Tiara, kurang lebih ada 18 juta orang Indonesia yang terdata menderita hepatitis B. Sementara untuk kasus Hepatitis C, Indonesia menempati urutan ketiga di Asia Tenggara.
“Ada sekitar satu persen ya prevalensi untuk kasus hepatitis C,” kata dia.
Lebih lanjut, Tiara menyebut Indonesia memang tengah berupaya mengeliminasi penyakit ini. Salah satu yang tengah digalakkan adalah dengan rutin melakukan pendataan, penyuluhan penanggulangan penyakit ke masyarakat dan tenaga kesehatan, hingga pemberian antivirus pada ibu hamil.
“Kita ingin 2030 sudah zero kasus hepatitis. Makanya saat ini terus gencar dilakukan pendataan agar semua kasus hepatitis bisa terdata dan bisa ditanggulangi,” kata dia.
Hepatitis B sendiri merupakan peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Hepatitis B bisa berubah jadi kondisi kronis dan berujung komplikasi seperti sirosis dan kanker hati.
Selain menular melalui hubungan seksual dan jarum suntik, virus ini juga bisa ditularkan dari ibu hamil ke bayi dalam kandungan.
Pemerintah sendiri tengah menggalakkan program pemberian obat antivirus Tenofovir untuk ibu hamil demi mencegah penularan hepatitis B ke bayi. Pemberian dilakukan saat usia kehamilan mencapai delapan minggu.(*)
Sumber: cnnindonesia.com