PROBATAM.CO, Jakarta – Pemerintah saat ini sedang gencar mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satu penerapannya di sektor transportasi yang diarahkan menggunakan energi ramah lingkungan seperti listrik.
Pemerintah sendiri telah menyiapkan peta jalan transisi energi menuju net zero emission (NZE) untuk periode 2021-2060. Peta jalan ini salah satu memuat soal penghentian penjualan kendaraan konvensional atau berbahan bakar BBM.
Upaya pengembangan EBT ini direspon betul oleh PT Pertamina (Persero). Namun Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, meyakini bahwa energi fosil tidak hilang begitu saja dan tetap masih ada bahkan hingga 2050.
“Dari sisi grand strategy energi nasional, energi fosil tetap ada bahkan sampai 2050. Demand energi naik, namun secara volume tidak langsung hilang begitu saja. Karenanya, energy fosil harus di-maintenance juga,” katanya melansir Pertamina Energia Weekly, Selasa (29/3/2022).
Nicke mencontohkan Pertamina itu memproduksi bahan bakar, maka ketika permintaan BBM itu turun, Pertamina akan memprosesnya menjadi petrochemical. Karena itu, ketika transisi energi terjadi, minyak tidak bisa hilang begitu saja, namun akan masuk ke hilirisasi.
Oleh sebab itu, lanjut Nicke, yang harus dilakukan adalah melakukan pengembangan hilirisasi serta perlu pendanaan. Pertamina sadar permintaan petrochemical besar, akan tetapi Indonesia sebagian besarnya masih impor petrochemical.
“Pertamina tetap akan melakukan pengembangan energi sesuai target grand energy nasional, tapi dengan cara yang lebih green, seperti green operation. Kita lakukan carbon capture utilization and storage (CCUS), yaitu energi gas buang yang selama ini dibuang begitu saja, ini kita proses lagi menjadi energy,” tuturnya.
Dengan begitu, Nicke menjelaskan, ada proses dekarbonisasi untuk mengurangi emisi. Pertamina sendiri sudah mulai mengurangi emisi sejak 2020. Sementara dalam 2 tahun terakhir ini, Pertamina juga sudah masuk dari existing operation dengan energi gas buang dijadikan listrik.
Selain itu, Nicke menyampaikan, Pertamina juga telah menurunkan 27% karbon emisi dari target nasional 25%. Karena itu, bisa dikatakan penerapannya sudah melebihi target
Kemudian Pertamina juga melakukan decarbonization dan mendorong masyarakat menggunakan BBM yang kualitasnya lebih baik. Contohnya, yang tadinya BBM RON 88, sekarang sudah RON 90. Bahkan RON 92, disampaikan Nicke, bisa menurunkan 12 juta ton CO2 setahun.(*)
Sumber: detik.com