PROBATAM.CO, Batam – Pandemi COVID-19 membuat berbagai industri harus menerapkan berbagai macam strategi untuk bertahan, tidak terkecuali untuk perusahaan rintisan atau yang dikenal dengan sebutan startup company.
Bagi startup company inovasi menjadi suatu hal penting bagi mereka tidak hanya untuk bertahan, namun juga untuk kepentingan ekspansi bisnis ke depan. Untuk mendukung hal tersebut, perusahaan startup melakukan penggalangan dana salah satunya melalui pasar modal yaitu dengan melakukan IPO.
Penggalangan dana yang dilakukan oleh startup ini akan membentuk valuasi atau nilai dari perusahaan tersebut. Terdapat 6 level valuasi startup dari yang terendah sampai tertinggi yaitu, Cockroach – Pony – Centaur – Unicorn – Decacorn – Hectacorn.
Istilah yang paling umum kita dengar saat ini adalah unicorn dimana pada tingkat ini, startup telah memiliki valuasi lebih dari USD 1 Miliar. Kabar terbaru adalah salah satu startup yang berencana melakukan IPO dan mencatatkan sahamnya di BEI adalah startup yang kini valuasi nya telah mencapai stage unicorn.
Perusahaan ini memiliki daya tarik tersendiri karena pemanfaatan teknologinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis digital. Oleh karena itu, unicorn yang mencatatkan sahamnya di BEI ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi di Pasar Modal Indonesia khususnya dalam mendorong minat investasi dari investor lokal dan asing.
Perusahaan startup dengan valuasi unicorn ini juga memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan perusahaan pada umumnya seperti tingkat pertumbuhannya yang sangat tinggi dan jumlah tahapan pendanaan yang dilakukan sebelum IPO cukup banyak, sehingga perlu cara tersendiri untuk melakukan valuasi atas saham tersebut.
Tujuannya, agar para investor bisa memilih saham unicorn dengan tepat, memiliki prospek yang baik dan bisa memberikan nilai tambah di masa mendatang. Investor perlu memahami valuasi bisnis dari unicorn tersebut. Valuasi bisnis adalah proses umum untuk menentukan nilai ekonomi dari keseluruhan bisnis atau unit perusahaan. Valuasi dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar bisnis sesuai dengan risiko dan ekspektasi return dari investor.
Sebelum pada tahapan IPO ini, unicorn telah melakukan banyak tahapan pendanaan lainnya. Oleh karena itu, investor pasar modal juga perlu mengetahui pre-money valuation, yaitu valuasi sebelum mendapatkan investasi dalam hal ini sebelum IPO, dan post-money valuation yaitu valuasi setelah mendapatkan investasi dalam hal ini valuasi ketika IPO.
Selanjutnya investor juga perlu untuk menilai kelayakan atau prospek perusahaan yaitu, pricing dan value. Bedanya, price (harga) adalah what you pay; based on demand and supply. Sementara, value (nilai) adalah what you get; based on projection. Apabila harga (price) saham lebih rendah dari nilai (value) yang ditetapkan oleh investor maka dapat disimpulkan bahwa harga tersebut underprice dan layak sebagai alat berinvestasi.
Value atau nilai ini terefleksi dari analisis fundamental perusahaan. Beberapa metodologi yang cukup sering digunakan adalah DCF (Discounted Cash Flow) dan Comparable atau Relative Analysis.
Sebagaimana kita tahu metode DCF ini dilakukan dengan melakukan proyeksi cash flow perusahaan selama beberapa tahun dan kemudian dilakukan present value atas cash flow tersebut agar tercermin nilai saat ini. Pada kasus seperti unicorn ini dimana seringkali memiliki cashflow yang negatif maka perlu melakukan proyeksi dengan waktu yang lebih panjang.
Metode selanjutnya yang sering digunakan adalah Comparable/Relative Analysis atau kadang disebut juga Multiple Analysis yaitu membandingkan nilai tertentu terhadap valuasi pada satu perusahaan dengan perusahaan lain atau rata-rata industri.
Beberapa nilai yang sering digunakan pada perusahaan pada umumnya adalah PER (Price Earnings Ratio) dan PBV (Price to Book Value). Namun, bagi perusahaan seperti unicorn yang memiliki karakteristik agak berbeda dapat juga menggunakan PEG (Price Earning to Growth Ratio), GMV (Gross Merchandise Value), atau nilai acuan lain yang sesuai dengan industrinya.
Masing-masing perhitungan valuasi dipengaruhi oleh banyak hal terutama dari asumsi – asumsi yang dipakai. Oleh karena itu, masing-masing investor mempunyai persepsi value yang berbeda sehingga kembali lagi valuasi ini bergantung pada risiko dan ekspektasi return dari masing-masing investor.
Selain melakukan valuasi sendiri, beberapa pihak atau institusi yang memiliki kompetensi untuk melakukan valuasi juga seringkali mengeluarkan report valuasi terhadap saham tertentu. Pihak atau institusi ini seperti Equity researcher, Financial Advisor, dan lain sebagainya. Namun perlu diperhatikan bahwa valuasi tersebut dinilai berdasarkan dari berbagai asumsi dan proyeksi yang mereka tetapkan sehingga risk and return yang mereka tetapkan juga akan berbeda satu sama lain.
Hal yang perlu diperhatikan dari laporan penilaian tersebut salah satunya adalah pembaca perlu memahami asumsi dan metode penilaian yang digunakan sebelum mengambil keputusan.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada saham perusahaan unicorn saat IPO, investor perlu mempelajari dan memahami penjelasan dalam prospektusnya.
Tidak hanya untuk unicorn, namun juga berlaku untuk semua perusahaan. Investor juga perlu mempelajari perkembangan dan pemanfaatan teknologi perusahaan yang merupakan tren dunia saat ini. Investor juga perlu memahami bisnis perusahaan dengan mengikuti berita dengan sumber yang kredibel dan terpercaya serta keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perusahaan itu sendiri. Selain itu, investor perlu mempertimbangkan karakterisik risiko perusahaan dengan profil risiko investasi pribadi. (*/zel)