Pasar ikan di Kota Wuhan, Cina, ditutup sementara setelah beberapa orang terinveksi virus corona di sana. (photo:int).

Akhirnya Pemerintah Cina Larang Konsumsi Daging Hewan Liar

PROBATAM.CO, Jakarta – Pemerintah Cina melarang warganya menyantap daging hewan liar, termasuk merak, trenggiling, dan musang. Larangan itu sebagai langkah untuk mengatasi penyebaran virus corona COVID-19.

Lembaga tertinggi parlemen Cina, Kongres Rakyat Nasional telah mengumumkan larangan itu, pihak berwenang pun menutup pasar yang menjual musang, rusa, merak, kura-kura, trenggiling, dikutip dari Independent, Rabu, 26 Februari 2020.

Sebagian besar perkotaan di Cina, memiliki setidaknya satu pasar hewan liar, “Pemerintah Cina melarang dan hukuman yang lebih ketat. Penegakan yang lebih baik, dan pendidikan publik,” kata Kepala Eksekutif WildAid, Peter Knights menanggapi kabar tersebut.

Larangan yang diberlakukan itu, menurut dia harus permanen, serta bisa diawasi pula melalui media sosial. “Hal yang baik dari media sosial adalah siapa pun bisa memotret dan mengunggah detail perdagangan hewan (liar). Jadi larangan itu bisa dipatuhi oleh publik,” ujarnya.

Seorang pria menaruh daging anjing ke sebuah mobil bak terbuka yang telah dibeli di pasar saat Festival Daging Anjing di Yulin, Guangxi Zhuang, Cina, 21 Juni 2018. Festival Daging Anjing Yulin, adalah sebuah perayaan tahunan yang diadakan saat titik balik musim panas pada bulan Juni.

Sebuah hasil survei Beijing University bulan lalu menemukan, 97 persen responden menentang konsumsi hewan liar. Juru bicara komisi urusan legislatif Cina, Zhang Tiewei mengatakan, kekhawatiran mengonsumsi hewan liar menyebabkan potensi ancaman kesehatan yang ditimbulkan.

“Bahaya tersembunyi bagi keamanan kesehatan masyarakat sejak wabah penyakit virus corona COVID-19,” kata Zhang Tiewei.

Perdagangan hewan yang diperbolehkan dari peternakan boleh dikonsumsi, misalnya antara lain merpati, kelinci, dan burung puyuh. Sementara hewan yang diambil dari alam bebas tak diperkenankan.

Wabah virus corona yang menyebabkan kematian lebih dari 2.500 orang di Cina dikaitkan dengan hewan liar. Sebagian besar peneliti percaya, bahwa virus corona dari hewan di pasar berpindah ke manusia, kemudian menginfeksi.

“Akhirnya ada larangan makan dan perdagangan hewan liar,” kata Zhou Haixiang, anggota Komite Nasional Manusia dan Biosfer Cina, kelompok perlindungan lingkungan, seperti dikutip South China Morning Post. “Ini langkah besar dalam perlindungan satwa liar.”

Industri perdagangan dan konsumsi satwa liar Cina bernilai 520 miliar yuan (US$74 miliar), mempekerjakan lebih dari 14 juta orang, menurut laporan Chinese Academy of Engineering pada 2017.(*)

Tempo.co