PROBATAM.CO, Jakarta – Bank Dunia (World Bank) membeberkan risiko resesi global pada 2023 semakin meningkat. Pasalnya bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi.
Di sisi lain, tiga kekuatan ekonomi terbesar dunia yakni Amerika Serikat (AS), China dan kawasan Uni Eropa (UE) telah melambat.
“Bahkan pukulan moderat terhadap ekonomi global selama tahun depan dapat mendorongnya ke dalam resesi,” kata Bank Dunia dalam studi barunya dikutip dari Reuters, Jumat (16/9/2022).
Ekonomi global saat ini dalam perlambatan paling tajam menyusul pemulihan pasca resesi sejak 1970. Kepercayaan konsumen juga telah turun lebih tajam daripada menjelang resesi global sebelumnya.
Dia khawatir tren ini akan bertahan dengan konsekuensi pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang akan hancur.
Lalu, bagaimana nasib Indonesia? Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengungkapkan jika saat ini kondisi ekonomi dunia masih akan tertekan.
Apalagi angka inflasi yang belum turun, maka suku bunga akan naik terus hingga tahun depan.
“Konsumsi masyarakat dan investasi akan turun, mungkin akan ada perusahaan yang bangkrut dan kondisi akan melemah,” kata dia, Jumat (16/9/2022).
Dia mengungkapkan hal ini akan memicu pelemahan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Terlebih jika harga komoditas akan turun dan mempercepat pelemahan ekonomi Indonesia. Karena itu pemerintah harus lebih ekspansif dalam menempuh kebijakan fiskal.
Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan jika itu bukan sekadar proyeksi karena ekonomi beberapa negara besar sudah mengalami perlambatan.
“Ini bukan hanya sekadar ramalan, tapi sudah terjadi pada Amerika Serikat (AS) yang negatif ini mencerminkan ada resesi di negara maju,” kata Bhima.
Bhima mengungkapkan Uni Eropa saat ini juga sudah mengalami tekanan pada pertumbuhan ekonomi. Apalagi dengan adanya krisis energi dan krisis pangan sehingga biaya hidup masyarakat terus naik.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan memang kondisi perekonomian 2023 masih sangat berisiko. Ketegangan geopolitik termasuk perang Ukraina dan Rusia diprediksi masih berlangsung dan menyebabkan hambatan pada rantai pasok global.
Krisis energi dan kenaikan harga pangan masih akan terjadi dan mengerek inflasi tinggi. Sementara respons kebijakan moneter global seperti menaikkan bunga acuan bisa menyebabkan tertahannya pertumbuhan ekonomi yang berpotensi menyebabkan resesi di berbagai negara.
“Kondisi ini tentu saja akan berdampak ke Indonesia dan seharusnya menjadi pertimbangan untuk tidak menaikkan BBM subsidi yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi makro dan juga politik,” kata dia saat dihubungi.
Dia menjelaskan saat ini harga BBM subsidi di Indonesia memang sudah dinaikkan dan menimbulkan protes di mana-mana. Menurut dia pemerintah harus berupaya untuk segera menghentikan kegaduhan ini.
“Apabila sampai dengan akhir tahun kegaduhan aksi penolakan kenaikan BBM ini bisa dihentikan, Indonesia berpeluang terhindar dari resesi pada tahun 2023,” jelas dia.
“Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass.(*)
Sumber: detik.com