Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah. (Photo: detik.com)

Ekonomi RI Tumbuh 5,44%, Ketua Banggar Wanti-wanti Inflasi-Subsidi BBM

PROBATAM.CO, Jakarta – Ketua Badan Anggaran DPR MH Said Abdullah mengapresiasi capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022 di level 5,44%. Ia menyebutkan hal ini didorong oleh sejumlah faktor.

“Dengan angka itu, artinya selama 1 semester di tahun 2022 ini pertumbuhan ekonomi negara akumulatif mencapai 5,23%,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (5/8/2022).

Ia juga bilang capaian kuartal II-2022 ini disebut menjadi modal sangat baik menghadapi situasi ke depan yang tampaknya masih akan menghadapi tingginya harga komoditas. Meski begitu, ia memberikan catatan yang perlu menjadi fokus pemerintah ke depannya.

Pertama, mengupayakan semaksimal mungkin inflasi dan pandemi COVID-19 terkendali. Diakui, memang dana untuk menekan itu dengan APBN 2022 akan sangat besar. Terutama untuk menjaga daya beli rumah tangga, khususnya pada sektor makanan, dan transportasi sebagai core inflasi.

“Namun sejak awal APBN kita rancang sebagai shock absorber menghadapi tekanan eksternal, dan ancaman laten pandemi,” lanjutnya.

Kedua, pemerintah diwanti-wanti untuk waspada dan membuat pembaharuan kalkulasi pada APBN 2022 bila gejala kenaikan suku bunga dan harga energi terus berlanjut.

“Tren kenaikan suku bunga acuan atas kebijakan The Fed terus mendorong suku bunganya berimplikasi kenaikan suku bunga surat utang kita. Cost of fund akan semakin mahal. Keadaan ini bila terus berlanjut akan terus mengoreksi fiskal kita karena beban pembayaran bunga utang akan terus naik, paralel dengan tingginya subsidi dan kompensasi energi,” jelasnya.

Ketiga, sebagai negara importir minyak bumi, Indonesia disebut memiliki kerentanan atas tren kenaikan harga minyak bumi. Menurutnya, pemerintah perlu terus mengambil langkah penting untuk pengadaan impor minyak bumi. Sumber dan mekanisme pengadaan harus diawasi betul oleh aparat penegak hukum.

Keempat, pemerintah perlu terus memastikan pelaksanaan di lapangan terkait pelaksanaan subsidi BBM, listrik dan LPG. Langkah-langkah penyempurnaan kebijakan subsidi energi perlu terus diperbaiki tanpa menunda nunda waktu di tengah kemendesakan agar subsidi tepat waktu dan sasaran.

Kelima, minta para kepala daerah dan seluruh tim pengendali inflasi daerah terus waspada. Menurutnya giatkan operasi pasar di daerahnya masing masing. Kebijakan ini untuk mengantisipasi berbagai praktik curang berupa penimbunan berbagai barang komoditas yang menjadi hajat hidup orang banyak.

Keenam, menurutnya langkah kewaspadaan tinggi oleh Satgas COVID-19 perlu terus dilakukan. Indonesia katanya, punya tantangan kemungkinan semakin abainya warga atas serangan virus Corona karena telah merasa mendapatkan suntikan vaksin booster.

“Saya yakin dengan kedisiplinan semua pihak, khususnya pemerintah dalam menjaga disiplin keuangan sebagaimana rencana anggaran yang tertuang pada APBN 2022 yang dijabarkan lebih lanjut melalui Perpres No 98 tahun 2022 kita dapat menemukan prestasi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun mencapai level 5%,” ucapnya.

Apa saja pendorong ekonomi Indonesia tumbuh 5,44%?

Said menjelaskan, pada sektor industri disebut mulai bangkit pasca pandemi yang tumbuh 4%. Naiknya berbagai harga komoditas juga mendorong pertumbuhan sektor pertambangan yang tumbuh 4% (yoy).

Capaian fantastis terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 21,27 persen (yoy). Padahal sektor ini saat pandemi tahun 2020. Sektor perdagangan, hotel, restoran, listrik dan gas semuanya tumbuh fantastis hingga 9 persenan (yoy).

Sektor sektor ini kembali bergerak kembali karena keberhasilan kita mengendalikan pandemi COVID-19. Sehingga mobilitas masyarakat pulih seperti sebelum pandemi. Tekanan eksternal yang sejak perang Ukraina dan Rusia pecah pada akhir Februari 2022 terlihat masih terkelola dan termitigasi dengan baik oleh pemerintah.

Meskipun sedikit ada kenaikan inflasi, namun masih terkendali, yakni di level 4,4%. Angka inflasi itu tidak separah yang dialami oleh Eropa, Amerika Serikat, beberapa negara Timur Tengah dan Asia Timur. Inflasi dan pandemi yang sama-sama terkendali membuat tingkat permintaan yang bertumpu pada konsumsi domestik, yakni pada rumah tangga tumbuh di level 5,5% (yoy).

Investasi juga menunjukan prestasi yang menggembirakan di tengah kecenderungan investor memilih jalan konservatif, menempatkan investasi di asset haven. Pertumbuhan konsumsi barang modal mencapai 3,07% (yoy). Selain itu kenaikan harga komoditas ekspor telah mendorong permintaan keluar lebih baik. Ekspor kita tumbuh 19,74% (yoy).(*)

Sumber: detik.com

BACA JUGA

Inflasi RI 4,9%, Jokowi: Jauh di Bawah ASEAN dan Negara Maju

Indra Helmi

Prabowo Prediksi Ekonomi RI Bisa Jadi yang ke-5 Terbesar Dunia

Indra Helmi

Ekonomi RI Tumbuh 5,44%, Sri Mulyani: Tidak Perlu Jumawa

Indra Helmi

Orang RI Doyan Jajan, Ekonomi Jadi Nggak Anjlok Deh

Indra Helmi

Kinerja Ekspor Sumbang Pertumbuhan Ekonomi RI di Q2-2022

Indra Helmi

Bamsoet Apresiasi Peran Polri dalam Percepatan Pemulihan Ekonomi RI

Indra Helmi