PROBATAM.CO, Yogyakarta — Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mewanti-wanti potensi kemunculan gelombang baru Covid-19.
Hal itu diutarakan Tedros dalam Pertemuan Pertama Menteri Kesehatan Negara G20 di Hotel Marriot, Sleman, Yogyakarta, Senin (20/6).
Tedros mengatakan penanganan pandemi Covid-19 di dunia terus mengalami kemajuan. Namun, ia khawatir banyak orang menganggap pandemi virus corona sudah benar-benar mereda hingga melonggarkan protokol kesehatan.
Tedros khawatir banyak orang memiliki persepsi “sesat” yang menganggap pandemi corona sudah reda saat ini lantaran jumlah kasus positif Covid-19 turun. Padahal, tren kasus virus corona yang turun itu tak terlepas dari fakta frekuensi pengujiaan dan pengurutan genome virus di beberapa negara yang ikut menurun drastis.
“Penularan sedang meningkat di banyak negara, termasuk negara beberapa dari anda (delegasi peserta G20) ini tak terlepas dari kenyataan bahwa pengujian dan pengurutan (genome) telah menurun tajam,” kata Tedros dalam rapat Menkes Negara G20 di Yogyakarta, Senin (20/6).
Tingkat pengujian dan pengurutan untuk pelacakan virus ini, menurut Tedros, menurun secara signifikan di seluruh dunia.
“Dan 40 persen dari populasi dunia masih belum tervaksinasi. Sementara risiko kemunculan varian virus baru dan lebih berbahaya tetap tak bisa dipungkiri. WHO sangat khawatir bahwa kurangnya pengujian dan pengurutan ini membutakan kita terhadap evolusi virus,” lanjutnya.
Tedros mengaku ia merasa khawatir siklus kelalaian protokol kesehatan hanya akan berulang kembali di saat banyak krisis lain di dunia tengah mendominasi perhatian pemerintah dan media banyak negara.
WHO pada Forum Kesehatan Dunia bulan lalu telah mempresentasikan proposal terkait arsitektur kesehatan global yang baru.
“Dan WHO yang menjadi pusat arsitektur keamanan kesehatan global,” tegas Tedros.
Salah satu dari rekomendasi itu adalah pembentukan Lembaga Perantara Keuangan (FIF) di Bank Dunia. WHO sendiri telah menyampaikan kepada Bank Dunia mengenai perkiraan kebutuhan US$1 milliar guna memperkuat kesehatan global.
“Bak dua sisi, itu bisa berasal dari sumber daya yang ada, tetapi itu menyisakan celah 10 miliar dolar AS per tahun. FIF yang fleksibel dan gesit akan membantu menutup kesenjangan itu,” kata Tedros.
“Dan kami telah mendengarkan dengan cermat negara-negara G20 dalam proses ini. Usulan kami adalah bahwa FIF akan diawasi oleh dewan yang membuat keputusan tentang alokasi dana yang didukung oleh panel penasihat teknis. Dewan dan panel penasihat teknis didukung Bank Dunia,” pungkasnya.(*)
Sumber: cnnindonesia.com