PROBATAM.CO, Jakarta – Inflasi yang tinggi membuat industri manufaktur suram. Sebanyak 59% pemimpin industri manufaktur mengatakan kondisi ini meningkatkan risiko resesi ekonomi yang kemungkinan terjadi tahun depan.
Berdasarkan survei terbaru yang dirilis National Association of Manufacturers, sekitar tiga perempat produsen mengatakan tekanan inflasi lebih buruk daripada enam bulan lalu. Sebanyak 54% juga mengatakan kondisi sekarang membuatnya lebih sulit bersaing dan menguntungkan.
“Melalui berbagai krisis produsen telah terbukti sangat tangguh, tetapi ada awan gelap lagi,” kata CEO Grup Perdagangan Manufaktur Jay Timmons dikutip dari CNN, Kamis (16/6/2022).
Tantangan bisnis teratas yang dilaporkan oleh CEO manufaktur dalam survei tersebut adalah peningkatan biaya bahan baku. Sumber utama inflasi adalah kenaikan harga bahan baku (97%), biaya pengangkutan dan transportasi (84%), upah dan gaji (80%), biaya energi (56%), dan kekurangan tenaga kerja (49%).
“Perang Rusia di Ukraina tidak dapat disangkal telah memperburuk biaya energi dan makanan yang lebih tinggi,” ujar Timmons, menambahkan bahwa defisit pengeluaran dari pemerintah federal telah berkontribusi pada inflasi yang tinggi.
Anggota parlemen didesak menahan diri dengan mengenakan pajak baru dan fokus pada pengurangan tekanan pasokan, termasuk mengesahkan Undang-Undang Inovasi Bipartisan yang diperjuangkan Gedung Putih. Timmons mengatakan 88% produsen dalam survei melihatnya sebagai bagian penting dari undang-undang.
“Meskipun itu tidak akan menyelesaikan setiap masalah, ini akan memberi kami banyak alat yang dibutuhkan untuk meningkatkan manufaktur domestik dan memperkuat rantai pasokan kami. Kongres perlu bergerak cepat untuk membawanya ke meja Presiden Biden,” kata Timmons.(*)
Sumber: detik.com