PROBATAM.CO, Jakarta — Presiden Amerika Serikat Joe Biden dikabarkan akan menjadwalkan pertemuan privat dengan Presiden Joko Widodo dan pemimpin ASEAN lainnya di Gedung Putih.
Seorang pejabat senior AS menuturkan pertemuan empat mata dengan masing-masing pemimpin negara ASEAN itu akan berlangsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-AS di Washington D.C selama dua hari sejak Kamis (12/5).
Meski begitu, pejabat itu tak menjelaskan dengan rinci pertemuan personal Biden dengan para pemimpin negara ASEAN.
Selain itu, dikutip Reuters, pejabat AS itu menuturkan diskusi antara Biden pemimpin negara ASEAN yang datang tengah berlangsung soal pemboikotan perwakilan junta militer Myanmar dalam KTT tersebut.
Rencananya, KTT ASEAN-AS kali ini akan menyediakan kursi kosong mewakili junta militer Myanmar yang tak diundang.
ASEAN sendiri telah memboikot junta Myanmar menghadiri pertemuan asosiasi tersebut sampai melihat kemajuan dari militer negara itu memenuhi kewajiban lima poin konsensus yang disepakati tahun lalu terkait situasi di Myanmar.
Ini pertama kalinya Biden menjamu para pemimpin negara ASEAN di Gedung Putih. Biden akan membuka pertemuan dua hari ASEAN-AS dengan jamuan makan malam di Gedung Putih.
Sebelumnya, Presiden Barack Obama juga pernah menyambut para kepala negara ASEAN secara kolektif di AS pada 2016 lalu. Namun, saat itu Obama menjamu kepala negara ASEAN di Sunnylands, California.
Dalam pertemuan kali ini, hanya akan ada delapan kepala negara dari sepuluh anggota ASEAN. Presiden Rodrigo Duterte tak akan hadir karena kesibukan transisi kepemimpinan setelah pemilu di Filipina.
Sementara itu, tak akan ada perwakilan dari Myanmar karena pergolakan di negara itu sejak kudeta pecah pada tahun lalu.
Koordinator urusan Indo-Pasifik AS, Kurt Campbell, mengatakan bahwa rangkaian pertemuan ini menunjukkan AS tak melupakan masalah kawasan di tengah gaduh isu konflik Rusia-Ukraina.
Campbell menjabarkan, isu yang bakal dibahas dalam rangkaian pertemuan itu mencakup masalah China, Myanmar, Taiwan, hingga Ukraina.
China akan menjadi perhatian karena pergerakan Negeri Tirai Bambu yang dianggap kian agresif di kawasan sekitarnya, termasuk Asia Tenggara.
“Kami meyakini sangat penting bagi negara lain, baik secara publik dan tidak, untuk menggarisbawahi bahwa apa yang terjadi di Ukraina tak boleh terjadi di Asia,” kata Campbell.(*)
Sumber: cnnindonesia.com