PROBATAM.CO, Jakarta – Ekonomi Amerika Serikat (AS) memang tengah mengalami keruntuhan karena berbagai masalah, mulai dari dampak COVID-19, ditambah perang antara Rusia dan Ukraina. Harga berbagai komoditas meningkat, hasilnya inflasi Negeri Paman Sam melonjak.
Kondisi ini juga terjadi pada ekonomi global. Inflasi menjadi masalah yang terpanas sejak 40 tahun. Ini karena berbagai alasan, termasuk pandemi yang memutus rantai pasokan global.
Pemerintahan AS yang dipimpin oleh Presiden Joe Biden telah mengakui bahwa masalah inflasi menjadi yang utama saat ini. Namun, adakah senjata untuk memerangi inflasi yang terus melonjak ini?
Mengutip dari CNN, Rabu (11/5/2022) Para ekonom mengatakan ada berbagai cara yang bisa dilakukan Gedung Putih. Salah satunya menurunkan tarif pajak untuk China pada beberapa barang. Tarif pajak tinggi ini sebelumnya ditetapkan oleh mantan Presiden Donald Trump.
Menurut para ekonom, penurunan pajak itu bisa mengurangi harga barang-barang seperti pakaian dan sepeda yang berasal dari China.
Saran kedua, mengakhiri aturan Jones Act atau undang-undang federal Amerika Serikat yang mengatur kapal dagang Amerika. Tujuannya agar kapal non-AS bisa mengangkut lebih banyak minyak atau bahan bakar ke AS.
Kemudian, ada juga yang menyarankan untuk membebaskan sementara pajak gas nasional. Pilihan lain, disarankan untuk lebih banyak menerbitkan visa pekerja imigran. Hal ini untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.
Kepala Ekonom Moody’s Mark Zandi mencatat bahwa Kongres juga bisa serius menangani rendahnya pasokan rumah sewa dan pertumbuhan sewa. Menurutnya hal itu juga menjadi pendorong besar inflasi.
“Intinya, inflasi tidak akan surut dengan sungguh-sungguh sampai kita berada di sisi lain dari pandemi, dan rantai pasokan global bekerja sendiri dan dampak ekonomi dari invasi Rusia ke Ukraina memudar,” kata Zandi.
Dalam pemberitaan detikcom Januari lalu, angka inflasi AS telah meningkat berada di kisaran 7% dalam satu tahun terakhir. Ini merupakan yang tertinggi sejak Juni 1982.
Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan indeks harga konsumen (IHK) AS naik 0,5% secara bulanan. Sedangkan selama satu tahun IHK melonjak 7%.(*)
Sumber: detik.com