PROBATAM.CO, Jakarta — Umat Muslim dan Hindu dilaporkan bentrok di Jahangirpuri, New Delhi, India, pada Sabtu (16/4). Insiden ini terjadi saat umat Hindu tengah merayakan festival Hanuman Jayanti.
Beberapa saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa kekerasan tersebut melibatkan umat Muslim dan Hindu.
Sementara itu, kepolisian menuturkan sebanyak enam polisi terluka dan beberapa lainnya luka-luka akibat bentrokan ini.
Pihak kepolisian juga telah menangkap 14 orang yang terlibat dalam bentrok tersebut, Minggu (17/4).
“Perusuh yang tersisa sedang diidentifikasi untuk tindakan hukum tegas,” ujar badan tersebut, dikutip dari Reuters.
Tidak ada korban tewas akibat bentrok tersebut. Namun, kepolisian memberlakukan jam malam di satu kota dan melarang pertemuan lebih dari empat orang akibat bentrok ini.
Pada Sabtu (16/4) pagi, sejumlah protestan di New Delhi mengecam pemerintahan Perdana Menteri India, Narendra Modi. Demonstran menilai pihak berwenang terus menjadikan umat Muslim sebagai sasaran kekerasan.
Umat Muslim dan Hindu di India memang kerap terlibat bentrok dalam beberapa pekan terakhir.
Sebagaimana diberitakan Reuters, pemerintahan Modi dinilai sering mendukung kelompok Hindu garis keras untuk melakukan tindak kekerasan dengan dalih membela kepercayaan mereka.
Tak hanya itu, seorang polisi mengaku pihak berwenang lokal pernah merobohkan rumah dan toko yang diduga milik perusuh Muslim di negara bagian Madhya Pradesh. Tindakan itu dilakukan setelah bentrok pecah kala festival Ram Navami.
Bahkan, pihak berwenang disebut pernah menghancurkan toko milik oknum yang diklaim terlibat dalam bentrok. Peristiwa ini terjadi di negara bagian Gujarat.
Namun, polisi dan pihak berwenang menyampaikan bahwa tindakan mereka lepas dari bias dan mereka bertindak sesuai hukum.
Meski demikian, politikus oposisi menilai partai pimpinan Modi sengaja meningkatkan tensi antara umat Muslim dan Hindu di wilayah yang mereka kuasai.
Pemimpin dari 13 partai oposisi juga mengeluarkan pernyataan bersama untuk merespons bentrok agama ini. Pihak oposisi menyerukan warga untuk menjaga perdamaian dan kerukunan.
“Kami sangat sedih melihat isu yang berhubungan dengan makanan, pakaian, kepercayaan, festival, dan bahasa, digunakan oleh beberapa oknum kekuasaan untuk membagi komunitas kita,” demikian pernyataan pihak oposisi.(*)
Sumber: cnnindonesia.com