PROBATAM.CO, Jakarta — Restoran Poutine di Prancis mengeluarkan pernyataan resmi bahwa hidangan andalan restoran itu yang diberi nama Poutine tidak ada hubungannya sama sekali dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Pernyataan itu diunggah langsung di akun resmi Maison de la Poutine atau Rumah Poutine setelah nama hidangan mereka yang terdiri dari kentang dan saus keju menuai kontroversi.
Restoran tersebut mengaku menerima panggilan telepon makian dan hinaan, bahkan kemarahan karena nama menu yang mirip dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Di Prancis, nama orang nomor satu di Rusia itu memang diterjemahkan sebagai Poutine. Maison de la Poutine, seperti dilansir dari Food and Wine menjelaskan bahwa hidangan khas restoran itu tidak ada hubungannya dengan Putin.
“Hidangan kami lahir di Quebec pada 1950-an,” tulis restoran itu.
“Dan cerita asal-usulnya sangat banyak. Tapi satu hal yang pasti poutine diciptakan oleh koki yang bersemangat yang ingin membawa kegembiraan dan kenyamanan bagi pelanggan mereka.”
Dalam unggahan itu mereka juga menjelaskan bahwa Rumah Poutine memberi dukungan sepenuhnya untuk Ukraina yang sedang berperang karena invasi yang dilakukan Rusia sejak 24 Februari lalu.
“Rumah Poutine telah bekerja sejak hari pertama untuk melestarikan nilai-nilai ini dan hari ini memberikan dukungan paling tulus kepada rakyat Ukraina yang dengan berani berjuang untuk kebebasan mereka melawan rezim tirani Rusia,” bunyi pernyataan itu.
Kecaman dan ancaman yang terjadi bukan karena rasa makanannya yang tak enak, namun karena nama menu.
Seorang karyawan di Maison de la Poutine yang berlokasi di Toulouse mengatakan kepada France Bleu bahwa mereka menerima tiga atau empat panggilan dalam sehari. Panggilan itu rata-rata berisi umpatan dan menyebut restoran ini sangat memalukan karena bekerja untuk negara Rusia dan mendapat subsidi dari Putin.
Bukan hanya telepon, beberapa orang juga hanya “meneriakkan penghinaan” saat lewat, dan beberapa staf khawatir bahwa perilaku itu meningkat menjadi vandalisme atau kekerasan.
Ancaman bahkan lebih sering terjadi di dua lokasi lain di Paris, menurut salah satu pendirinya, Guillaume Natas. “Kami memiliki 5 atau 6 panggilan per jam,” katanya dan menambahkan bahwa dia belum mengajukan keluhan resmi karena kepada kepolisian.
Terlepas dari ancaman dan kritik yang diterima restorannya, Natas mengklarifikasi bahwa itu masih belum mendekati apa yang harus ditanggung oleh orang-orang Ukraina. “Ini hanya panggilan jahat,” katanya. “Di Ukraina, ada orang yang dibom.”
Di tempat lain, restoran di Lyon mengumumkan bahwa mereka mengubah nama hidangan poutine yang paling terkenal, yang sebelumnya disebut Vladimir. “Ciao Vladimir! Setelah 32 tahun, permainan kata yang dipilih untuk poutine andalan kami tidak lagi lucu,” tulis restoran itu di Instagram. “Kami mengganti namanya dengan ‘The Mother of Poutines.'”
“Kami jelas menentang apa yang terjadi di Ukraina. Kami takut orang akan mengasosiasikan restoran kami dengan Vladimir Putin,” kata manajer Morgiane Benaziza kepada Le Progres dia juga mengaku tidak menerima ancaman, seperti restoran lainnya.
Dan Le Roy Jucep, restoran Ottawa, Kanada yang mengklaim telah menemukan poutine, untuk sementara mencap ulang hidangan tersebut sebagai “kuah keju kentang goreng”.(*)
Sumber: cnnindonesia.com