PROBATAM.CO, Jakarta — Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara bakal menerapkan konsep kota spons yang mampu menyerap air hujan ke dalam tanah guna mencegah banjir. Penggunaan konsep itu tertuang dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.
Konsep spons ditujukan untuk mengembalikan siklus alami air akibat pembangunan IKN serta menjadi wadah untuk ketersediaan air di kawasan tersebut.
“Kota spons mengacu pada kota yang berperan seperti spons yang mampu menahan air hujan agar tidak langsung melimpas ke saluran-saluran drainase dan yang mampu meningkatkan peresapan ke dalam tanah,” mengutip bunyi Lampiran II UU IKN, dikutip Rabu (23/2).
“Sehingga bahaya banjir dapat berkurang serta kualitas dan kuantitas air dapat meningkat melalui penyaringan tanah dan penyimpanan dalam tanah (akuifer).”
Beberapa prinsip yang akan diterapkan guna mengimplementasikan konsep itu di antaranya mengurangi limpasan permukaan, memaksimalkan peresapan air hujan, dan melakukan panen air hujan.
Pada poin pertama yaitu mengurangi limpasan permukaan, pemerintah mengklaim pembangunan IKN tak akan menambah limpasan permukaan akibat penambahan luas lingkungan.
Pembangunan IKN disebut menjamin perubahan limpasan terjadi seminimal mungkin serta dapat menahan lebih banyak air bila IKN rampung dibangun.
Poin kedua yakni memaksimalkan peresapan air hujan. Poin tersebut menyatakan kawasan IKN dapat secara maksimal meresapkan air hujan ke dalam tanah.
Hal itu dilakukan dengan membangun ruang terbuka hijau secara merata serta memanfaatkannya sebagai rain-garden. Selain itu, perkerasan di wilayah IKN juga akan dimodifikasi hingga dapat menyerap air dengan baik.
Kemudian poin ketiga yakni memanen air hujan. IKN disebut akan membuka ruang terbuka biru seperti parit, alur sungai, dan tampungan air.
Seluruhnya akan dirancang dengan mengutamakan prinsip hidrologis. Tujuannya, untuk menahan dan menyimpan air serta meningkatkan kualitas ekosistem perkotaan dan keanekaragaman hayati.
Namun, Ahli Geologi Andang Bachtiar menyatakan konsep spons tak mudah dilakukan di wilayah ibu kota baru. Pasalnya, lapisan tanah di kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) IKN Nusantara didominasi oleh lempung. Hanya ada sedikit pasir di kawasan Penajam Paser Utara itu.
“Di pusat IKN-nya sendiri itu lempung. Beratus-ratus meter bahkan seribu meter ke bawah pun lempung semua. Pasir itu hanya sedikit saja,” kata Andang Bachtiar dalam diskusi daring pada 4 Februari 2022.
Sementara itu, Pemerhati Tata Kota Elisa Sutanudjaja menilai konsep kota spons yang diusung IKN bukan lah suatu hal baru maupun luar biasa. Ia menyebut konsep itu lazim digunakan di sejumlah negara, termasuk di Ibukota Jakarta sendiri.
“Di Australia dikenal dengan nama lain yaitu Water Sensitive Urban Design, udah jalan sejak sebelum 2000-an, karena kota-kota mereka kering dan harus nyimpang air. Jadi kayak bioswale, rain garden, dan lain-lain udah jamak di kota Australia macam Sydney dan Melbourne,” kata Elisa kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/2).
Elisa belum bisa memastikan tanah di wilayah IKN didominasi lempung atau tidak. Bila demikian, maka pemerintah perlu melakukan rekayasa teknis untuk mengatasi drainase. Dan hal itu tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit.
“Kalau misalnya sulit meresap ada cara lain. Bisa dengan kombinasi embung. Nah disana kan juga bisa saja lapisannya tanah gambut. Kalau tanah gambut ya bisa mengikat air,” ujarnya.(*)
Sumber: cnnindonesia.com