PROBATAM.CO, Jakarta — Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mewanti-wanti warga Ibu Kota agar tidak menyepelekan penularan virus corona (Covid-19) varian Omicron. Menurut Anies, dengan penularan tinggi, bisa saja angka kematian akibat Covid-19 ikut naik.
Anies menjelaskan, fatality rate varian Omicron memang jauh lebih rendah dibanding varian Delta. Namun, menurut Anies, apabila jumlah kasusnya terus berlipat ganda, maka bukan tidak mungkin angka kasus kematian tetap tinggi.
“Walaupun fatality rate lebih rendah, tapi bila jumlah kasusnya berlipat lebih banyak, maka jumlah kematian absolut tetap bisa tinggi seperti gelombang kedua. Ini yang harus kita cegah sama-sama,” kata Anies dalam sebuah video yang ia unggah di akun Instagram, @aniesbaswedan, Selasa malam (8/2).
Anies membeberkan, kasus kematian saat ini memang tidak mengalami tren peningkatan seperti gelombang kedua. Saat puncak gelombang kedua, angka kematian akibat Covid-19 di Jakarta mencapai 200-an dalam sehari, sedangkan saat ini angka kematian Covid-19 dalam kisaran 30 per hari.
Ia menambahkan, angka kematian yang lebih rendah ini bisa disebabkan karena beberapa faktor. Di antaranya sifat varian Omicron yang tidak seganas varian Delta, tapi juga faktor vaksinasi dan kekebalan warga Jakarta yang sudah jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu.
“Kebanyakan kasus kematian masih didominasi oleh warga yang belum mendapatkan vaksinasi dosis lengkap,” tutur Anies.
“Oleh karena itu bagi semuanya saya mengingatkan kembali mari kita menuntaskan vaksinasi juga mengejar booster bila sudah mendapatkan tiket untuk vaksinasi dosis ketiga,” kata dia menambahkan.
Sementara itu, menurut Anies, penambahan kasus harian Covid-19 di Jakarta pada 6 Februari 2022 sudah melampaui puncak kasus harian yang terjadi pada 12 Juli 2021.
Pada 6 Februari, tambahan kasus positif dalam satu hari mencapai angka 15.825 kasus. Sementara, penambahan kasus pada 12 Juli 2021 berada di angka 14.619.
“Jumlah kasus baru ini melampaui rekor penambahan kasus harian yang pernah terjadi sebelumnya 12 Juli 2021 karena pada saat itu sekitar 14.500 sehingga kita jumlah angka kasus harian sudah lebih tinggi dibandingkan pada saat kita mengalami puncak gelombang kedua,” pungkasnya.(*)
Sumber: cnnindonesia.com