PROBATAM.CO, AS – Amerika Serikat berjanji memberikan uang dukacita untuk keluarga 10 warga sipil Afghanistan yang tewas dalam serangan drone salah sasaran pada Agustus lalu. Serangan pesawat tak berawak itu awalnya disebut menargetkan anggota ISIS di Afghanistan sebagai balasan atas serangan bom bunuh diri ISIS di bandara Kabul.
Pemberian uang dukacita ini disampaikan Pentagon, dikutip dari Al Arabiya, Senin (18/10/2021).
Pentagon juga mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri untuk membantu anggota keluarga korban yang ingin pindah ke AS.
Pengumuman ini disampaikan setelah pejabat AS bertemu kepala organisasi yang berbasis di California, yang merekrut Zemari Ahmadi, seorang pria Afghanistan yang ditargetkan dan tewas dalam serangan drone pada 29 Agustus itu.
Sekretaris Pers Pentagon, John Kirby menyampaikan, Ahmadi dan sembilan warga sipil lainnya – termasuk tujuh anak-anak – yang tewas dalam serangan itu tidak salah dan tidak memiliki afiliasi dengan kelompok teror ISIS.
“Serangan itu adalah kesalahan tragis dan Bapak Zemari Ahmadi dan lainnya yang tewas adalah korban tidak berdosa, yang tidak salah dan tidak berafiliasi dengan ISIS-K (ISIS Khorasan caving Afghanistan) atau mengancam pasukan AS,” jelas Kirby.
Serangan bom bunuh diri yang diklaim ISIS di bandara Kabul menewaskan 13 pasukan AS dan sekitar 100 warga sipil Afghanistan, menjadi pemicu serangan drone AS ke rumah yang disebut menampung anggota ISIS-K yang ditempati Ahmadi dan keluarganya. Segera setelah serangan itu, muncul laporan bahwa serangan drone itu menewaskan 10 warga sipil Afghanistan, termasuk Ahmadi, yang merupakan pegawai organisasi bantuan yang berbasis di AS.
Tak lama kemudian, Pentagon mengakui serangan itu merupakan “kesalahan tragis”.
Pada September lalu, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin menyampaikan dia memerintahkan dilakukan tinjauan menyeluruh penyelidikan terkait serangan salah sasaran tersebut.
“Kami akan memeriksa tidak hanya apa yang kami putuskan untuk dilakukan dan yang tidak dilakukan pada 29 Agustus, tapi juga bagaimana kami menyelidiki hasilnya,” jelasnya.
“Kami berhutang itu kepada para korban dan orang-orang yang mereka cintai, kepada rakyat Amerika dan kepada diri kami sendiri,” jelas Austin dalam sebuah pernyataan. (*)
Sumber: Merdeka.com