PROBATAM.CO, Afghanistan – Hanya beberapa hari setelah Taliban merebut Kabul, bendera mereka berkibar tinggi di atas masjid agung di ibu kota Pakistan. Itu sebuah sikap untuk mengejek kekalahan Amerika. Tapi itu juga pertanda kemenangan nyata perang Afghanistan 20 tahun.
Pakistan seolah-olah mitra Amerika dalam perang melawan Al Qaeda dan Taliban. Militernya mendapatkan puluhan miliar dolar bantuan Amerika selama dua dekade terakhir.
Tapi itu adalah hubungan yang terbelah oleh duplikasi dan kepentingan yang pecah sejak awal setelah 9/11. Paling tidak, Taliban Afghanistan yang diperangi Amerika, sebagian besar, adalah ciptaan dinas intelijen Pakistan, ISI, yang selama perang memelihara dan melindungi aset-aset Taliban di Pakistan.
Dalam tiga bulan terakhir ketika Taliban menyapu Afghanistan, militer Pakistan menyambut gelombang pejuang baru melintasi perbatasan dari tempat-tempat perlindungan di dalam Pakistan, kata para pemimpin suku. Itu adalah kudeta terakhir bagi pasukan keamanan Afghanistan yang dilatih Amerika.
“Pakistan dan ISI berpikir mereka telah menang di Afghanistan,” kata mantan kepala stasiun CIA di Pakistan, Robert L. Grenier, dikutip dari The New York Times, Jumat (27/8/2021).
Tapi, dia memperingatkan, Pakistan harus hati-hati terhadap apa yang mereka harapkan.
“Jika Taliban Afghanistan menjadi pemimpin negara yang dikucilkan, yang kemungkinan besar, Pakistan akan menemukan dirinya terikat pada mereka.”
Reputasi Pakistan yang kurang baik di Barat sepertinya semakin menurun saat ini, ketika Taliban merebut Afghanistan. Seruan sanksi untuk Pakistan beredar di media sosial. Tanpa pendanaan asing, Pakistan menghadapi ketergantungan pada perdagangan narkoba yang didorong penguasa baru di Kabul. Sebuah negara yang dikelola Taliban di perbatasannya tidak diragukan lagi akan memperkuat Taliban dan militan Islam lainnya di Pakistan sendiri.
Paling tidak, hubungan dengan AS, yang menurun akan semakin memburuk. Selain menjaga stabilitas persenjataan nuklir Pakistan, Amerika sekarang memiliki sedikit insentif untuk berurusan dengan Pakistan.
Jadi pertanyaan bagi Pakistan adalah apa yang akan mereka lakukan dengan negara hancur lebur yang menjadi hadiah mereka? Pakistan, bersama dengan Rusia dan China, membantu mengisi ruang yang telah dikosongkan Amerika. Kedutaan besar ketiga negara ini tetap buka sejak Taliban merebut Kabul.
Seorang anak didik Pakistan, Khalil Haqqani, seorang pemimpin Taliban yang merupakan pengunjung tetap markas militer Pakistan di Rawalpindi, adalah salah satu penguasa baru Afghanistan.
Dikenal intelijen Amerika sebagai utusan Taliban untuk Al Qaeda, Haqqani muncul di Kabul pekan lalu sebagai kepala keamanan baru Taliban, dipersenjatai dengan senapan M4 buatan Amerika, dengan ajudan yang mengenakan perlengkapan tempur Amerika.
“Memerintah negara yang dilanda perang akan menjadi ujian dan tantangan nyata terutama karena Taliban telah menjadi kekuatan yang berperang, bukan yang mahir memerintah,” jelas Maleeha Lohdi, mantan duta besar Pakistan untuk PBB, dalam sebuah kolom di harian The Dawn pekan ini.
Permainan ganda Pakistan
Selama perang, Amerika mentolerir permainan ganda Pakistan karena mereka memiliki sedikit pilihan, lebih memilih untuk berperang di Afghanistan daripada berperang dengan Pakistan yang bersenjata nuklir. Selain itu, pelabuhan dan lapangan udara Pakistan menyediakan titik masuk utama dan jalur pasokan untuk peralatan militer Amerika yang dibutuhkan di Afghanistan.
Para pejabat Amerika mengatakan, Pakistan melakukan permainan ganda bahkan ketika agen mata-matanya memberikan bantuan perencanaan, keahlian pelatihan, dan kadang-kadang memberikan saran di lapangan kepada Taliban selama perang.
Meskipun Pakistan seharusnya menjadi sekutu Amerika, negara itu selalu bekerja untuk kepentingannya sendiri. Kepentingan-kepentingan itu tidak termasuk kehadiran militer Amerika yang besar di perbatasannya, Afghanistan yang otonom dengan pemerintahan demokratis yang tidak dapat dikendalikannya, atau militer yang kuat dan terpusat.
Sebaliknya, tujuan Pakistan di Afghanistan adalah untuk menciptakan pengaruh untuk memblokir musuh bebuyutannya, India. Pakistan bersikeras India menggunakan kelompok-kelompok separatis seperti Tentara Pembebasan Balochistan, yang beroperasi dari tempat berlindung di Afghanistan, untuk menimbulkan perbedaan pendapat di Pakistan.
“Tentara Pakistan percaya Afghanistan memberikan kedalaman strategis melawan India, yang merupakan obsesi mereka,” kata Bruce Riedel, mantan penasihat Asia Selatan untuk pemerintahan Bush dan Obama.
“AS mendorong India untuk mendukung pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika setelah 2001, memicu paranoia tentara.”
Selama lawatannya ke Washington musim semi ini, Moeed Yusuf, penasihat keamanan nasional Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, menekankan perlunya menghilangkan kehadiran India di Afghanistan, seperti yang disampaikan pejabat Amerika yang bertemu dengannya.
Yusuf dianggap moderat dalam spektrum politik Pakistan, dan Amerika mengatakan mereka dikejutkan oleh semangatnya terkait peran India di Afghanistan.
Hubungan antara Pakistan dan Haqqani tidak dapat disangkal dan sangat diperlukan untuk kemenangan Taliban, kata Douglas London, mantan kepala kontraterorisme CIA untuk Asia Selatan dan Barat Daya.
Dia mengatakan bantuan Pakistan mencakup banyak hal. Tempat berlindung yang aman di perbatasan Pakistan, khususnya di kota Quetta, melindungi para pejuang Taliban Afghanistan dan keluarga mereka. Layanan medis merawat para pejuang yang terluka, kadang-kadang di rumah sakit di kota-kota besar, Karachi dan Peshawar. Kendali bebas bagi Haqqani untuk menjalankan real estate yang menguntungkan, penyelundupan, dan bisnis lainnya di Pakistan membuat mesin perang mereka terus berputar.
ISI juga memberi Taliban aset yang meningkatkan status internasional mereka. Pemimpin Taliban Abdul Ghani Baradar melakukan perjalanan dengan paspor Pakistan untuk menghadiri pembicaraan damai di Doha, Qatar, dan untuk bertemu Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, di Tianjin, China.
“Taliban Afghanistan tidak akan berada di tempat mereka tanpa bantuan dari Pakistan,” ujar London.
Fasilitator China
Hubungan Washington dengan Pakistan mendingin setelah Navy SEALS membunuh Osama bin Laden pada 2011 di sebuah rumah persembunyian yang terletak di dekat akademi militer Pakistan. Pejabat tinggi Amerika berhenti mengunjungi Pakistan dan bantuan berkurang.
Tetapi pemerintahan Obama tidak pernah mengatakan secara terbuka apa yang dicurigai: bahwa militer Pakistan selama ini tahun Osama bin Laden tinggal bersama keluarga besarnya di Abbottabad, salah satu kota garnisun paling terkenal di Pakistan.
Riedel mengatakan, jika Washington menyatakan Pakistan menyembunyikan Osama bin Laden, maka Pakistan akan secara hukum menjadi penyokong negara terorisme, dan tunduk pada sanksi wajib seperti Iran.
Itu akan memaksa Amerika untuk mengakhiri dukungannya untuk Pakistan dan pada gilirannya, akan menyebabkan Pakistan menghentikan pasokan perang Amerika transit di Pakistan, sehingga meningkatkan biaya perang.
Tapi Pakistan juga tangkas dalam membangun aliansinya. China, pelindung lama Pakistan, berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur Pakistan.
Secara terbuka China mengatakan senang melihat Amerika keluar dari Afghanistan, dan siap untuk melangkah ke dalam kekosongan, memperluas program Belt and Road-nya ke Afghanistan, di mana China berharap untuk menambang sumber daya mineral.
Namun orang China juga mulai waspada. Pekerja China di Pakistan tewas dalam serangan teroris, yang bisa menjadi pertanda perjalanan yang sulit di Afghanistan. Dan Taliban lebih memilih mengisolasi jalan dan bendungan yang dapat berfungsi untuk melonggarkan kendali mereka terhadap penduduk.
Direktur Keamanan Internasional Yayasan Asia-Pasifik di London, Sajjan Gohel mengatakan China mengandalkan Pakistan sebagai fasilitatornya di Afghanistan.
“Orang China tampak yakin bahwa mereka akan dapat memperoleh lebih banyak jaminan keamanan dari Taliban,” kata Gohel, “karena hubungan timbal balik mereka dengan Pakistan.” (*)
Sumber: Merdeka.com