Warga Korea Selatan mengantre tes Covid-19 di Seoul pada 9 Juli 2021. (Photo: Merdeka.com)

Sulitnya Warga Korsel Mendapatkan Vaksin, Reservasi Vaksin Harus Menunggu 111 Jam

PROBATAM.CO, Korsel – Ketika warga Korea Selatan masuk ke situs web pemerintah bulan ini untuk reservasi vaksinasi Covid-19, sebuah pemberitahuan di jendela tertulis ada “sedikit” penundaan.

“Ada 401.032 orang menunggu di depan Anda,” tulis satu pesan tangkapan layar dan dibagikan warga secara online.

“Perkiraan waktu tunggu Anda: 111 jam, 23 menit, dan 52 detik.”

Sebagian besar warga di Korsel masih menunggu untuk mendapatkan suntikan vaksin.

Setelah dijadikan negara percontohan dalam memerangi pandemi, Korsel telah tersandung selama berbulan-bulan dengan program vaksinasinya. Tingkat vaksinasi negara ini paling sedikit rendah di negara-negara G20, hanya 34,9 persen dari 52 juta populasinya yang telah menerima setidaknya satu dosis pada Rabu, jauh di bawah 55 hingga 70 persen di negara maju lainnya. Sekarang orang Korsel lebih putus asa dari sebelumnya karena lamanya mendapatkan vaksin.

Negara ini berada dalam pergolakan gelombang infeksi terburuk, dengan 1.896 kasus baru dilaporkan pada Rabu, jumlah kasus harian tertinggi. Para kritikus mengatakan pemerintah, yang bertumpu pada keberhasilan awal dalam pandemi, salah berhitung betapa mendesaknya Korsel mengamankan vaksin.

Bulan ini, para pejabat menginformasikan warga berusia 50-an mendapat giliran membuat reservasi vaksinasi. Sampai 10 juta orang secara bersamaan masuk ke situs web pemerintah untuk mendaftar vaksinasi. Sistem yang dirancang untuk memproses hingga 300.000 permintaan sekaligus macet.

Warga diminta memulai proses dari awal lagi setelah berjam-jam menunggu.

“Kami benar-benar minta maaf kepada warga karena menyebabkan masalah ini,” jelas pejabat senior pengendalian penyakit pemerintah, Son Young-rae, pekan lalu, dikutip dari The New York Times, Kamis (29/7/2021).

Gelombang infeksi terbaru membuat para pejabat lengah. Hanya beberapa pekan lalu, pemerintah mempertimbangkan melonggarkan pembatasan menjelang liburan musim panas. Sampai enam orang akan diizinkan untuk makan bersama mulai 1 Juli, naik dari batas sebelumnya yang hanya empat orang. Klub malam akan dibuka kembali. Restoran, kafe, dan pusat kebugaran akan diizinkan tetap buka hingga larut malam.

Para pakar epidemiologi menentang pelonggaran pembatasan di saat tingkat vaksinasi masih rendah dan virus corona varian Delta yang lebih menular menyebar.

“Pemerintah mengirim sinyal yang keliru kepada masyarakat,” jelas spesialis penyakit menular Universitas Korea di Seoul, Kim Woo-joo.

Dalam sebuah survei yang dilakukan November tahun lalu oleh Gallup Korea, 87 persen orang dewasa Korsel mengatakan mereka mau divaksinasi segera setelah vaksin tersedia, menunjukkan tingkat antusiasme yang lebih tinggi dibandingkan 71 persen rata-rata hasil survei di 32 negara.

Ketika masyarakat menuding pemerintah lamban dalam menyediakan vaksin, para pejabat seperti Son meminta masyarakat jangan khawatir.

“Kita tidak perlu menjadi negara pertama atau kedua di dunia yang memulai vaksinasi,” kata Son pada Desember.

Dia beralasan Korsel tidak seperti Amerika Serikat dan Inggris, yang harus meluncurkan vaksin dengan tergesa-gesa untuk mengatasi tingkat infeksi yang parah.

Dengan virus yang sebagian besar terkendali, Korsel tidak bergerak secara agresif untuk memesan dosis vaksin saat masih dalam tahap pengembangan awal. Dan konsekuensi dari keputusan itu menjadi sangat jelas.

Korsel mulai memvaksinasi orang hanya pada akhir Februari, lebih dari dua bulan setelah Inggris. Jumlah dosis yang diberikan setiap hari jarang melebihi 100.000 hingga akhir Mei, ketika pengiriman besar vaksin Oxford-AstraZeneca tiba dan pemerintah mengumumkan insentif, seperti janji untuk mengizinkan orang yang divaksinasi keluar rumah tanpa mengenakan masker dan melakukan tur kelompok. Pada awal Juni, sebanyak 877.000 orang mendapat vaksinasi per hari.

Tetapi kegagalan pemerintah untuk mengamankan pengiriman awal vaksin akhirnya menempatkan Korsel di belakang jalur pengiriman. Pada saat dibutuhkan dosis dalam jumlah besar, ada hambatan pasokan karena segelintir pembuat vaksin berjuang untuk memenuhi permintaan global. Munculnya varian yang lebih menular memperburuk kekurangan ini.

Korsel telah memesan 190 juta suntikan vaksin, cukup untuk menyuntik sepenuhnya dua kali populasi. Sejauh ini baru menerima 25 juta.

Keterbatasan vaksin ini memberikan tekanan politik yang sangat besar pada Presiden Moon Jae-in. Saat bertemu Presiden AS Joe Biden pada Mei lalu, salah satu prioritasnya adalah meminta bantuan dalam mengamankan vaksin. Washington berkewajiban memberikan 1 juta dosis vaksin Johnson & Johnson. Korsel juga menerima 780.000 dosis dari Israel bulan ini.

Pada akhir Juni, stok vaksin mulai habis. Angka vaksinasi turun menjadi kurang dari 200.000 orang di hampir setiap hari. Pada awal Juli, ketika kasus mulai melonjak, jumlah orang yang divaksinasi setiap hari anjlok hingga 1.665. (*)

Sumber: Merdeka.com