Founder Indogen Capital, Chandra Firmanto. (Photo: CNBC Indonesia)

Cerita Warga RI Rela Terbang ke AS Sebulan Demi Vaksin Pfizer

PROBATAM.CO, Jakarta – Vaksinasi yang lambat saat kasus infeksi melonjak tinggi di Indonesia membuat Chandra Firmanto ketar-ketir. Pasalnya keluarganya belum mendapatkan perlindungan dari vaksin apapun.

Ia pun memutuskan terbang ke Amerika Serikat (AS) dengan tujuan utama mendapatkan vaksinasi dua dosis Pfizer. Bukan hanya untuknya tapi istri serta ketiga anaknya.

Kepada CNBC Indonesia, founder dari Indogen Capital ini menceritakan pengalamannya dan keluarga saat berada di Negeri Paman Sam selama sebulan untuk mendapatkan vaksin dua dosis Pfizer.

“Saya tanya-tanya beberapa teman di Amerika (mengenai vaksin di sana). Sekitar bulan Maret, proses (untuk pelancong mendapatkan) vaksin masih susah. Kalau mau divaksin pasti akan ditanya proof of residency atau bukti tinggal di sana,” katanya melalui panggilan telepon pada Rabu (28/7/2021).

Meski begitu, pria kelahiran 1980 terus mengikuti perkembangan mengenai vaksinasi di AS guna mendapatkan kesempatan vaksin. Hingga saat Pemerintah AS membuat kemudahan akses dan proses warga untuk vaksin pada Mei 2021, Chandra dan keluarga langsung terbang ke AS pada Juni.

“Ternyata untuk mendapatkan vaksin semakin gampang. (Tidak perlu bukti tinggal) sudah bisa menerima orang hanya menggunakan alamat dan nomor telepon,” ungkapnya.

Chandra mengungkapkan jika proses registrasi vaksin di AS sangat mudah. Apalagi ia memiliki sepupu yang tinggal di San Francisco, sehingga ia dan keluarganya dapat menggunakan alamat dan nomor telepon saudaranya untuk mendaftarkan diri dan membuat janji untuk vaksin.

“Untuk proses registrasi vaksin sendiri sangat mudah. Di AS sudah semakin dipermudah, bahkan sejak Mei orang tidak perlu bikin appointment untuk vaksin, tinggal walk in ke lokasi-lokasi vaksinnya saja,” ujarnya.

Namun Chandra mengaku membuat janji vaksin beberapa hari sebelumnya.

“Tiga hari sebelum vaksin, sudah bisa bikin appointment. Di setiap negara bagian itu berbeda-beda ya cara appointment-nya, ada website masing-masing. Kalau saya bikin appointment lewat myturn.ca.gov, punya California,” katanya.

“Lewat website itu, kita bisa langsung pilih mau vaksin dengan apa, ada Pfizer, Moderna, dan Johnson & Johnson. Lokasi vaksinasinya di mana, itu bisa dipilih,” katanya.

“Vaksin juga gak bayar apa-apa. Gratis.”

Chandra beserta keluarga mendarat di AS pada 10 Juni 2021 dan besoknya, tanggal 11 Juni 2021, ia sudah dapat vaksin dosis pertama Pfizer. Ia mendapat suntikan di Moscone Center, sentral vaksinasi terbesar di wilayah San Francisco.

“Saking sepinya vaksin (di AS), saya bisa registrasi hari ini dan besok langsung vaksin. Gak perlu nunggu lama. Bisa pilih tempat dan pilih mau divaksin pakai vaksin apa,” akunya.

Selain itu, kata Chandra, jika sudah vaksin dosis pertama, untuk vaksin dosis kedua akan otomatis dijadwalkan. “Mereka yang akan menghubungi kita untuk vaksin dosis kedua. Bukan kita yang minta,” katanya.

Chandra mengatakan pemberian vaksin dosis kedua juga bisa dilakukan di tempat lain dan bahkan di beda kota. Untuk vaksin kedua Chandra dan keluarga melakukannya di Los Angeles, di Eisher Health tanggal 2 Juli 2021.

Proses dari datang hingga selesai vaksinasi cukup cepat. Chandra menuturkan semuanya selesai kurang dari 30 menit. Jika tak termasuk waktu observasi setelah vaksin 10 menit, kemungkinan proses vaksinasi hingga selesai hanya berjalan 10-15 menit.

“Kita gak nunggu. Datang dan petugas verifikasi ID saya, istri dan anak-anak. Langsung lewat untuk ke booth vaksin. Cepat. Gak ada nunggu. Saya sudah vaksin di Indonesia kan, dan ini jauh sekali perbandingannya,” akunya.

Sebelum vaksin, Chandra mengatakan petugas memberi lihatnya botol isi vaksin Pfizer, dan setelahnya langsung disuntikkan ke lengannya tanpa ada rasa sakit.

“Petugas di sana ramah-ramah dan baik. Saya sudah mempersiapkan diri akan ditanya ini itu, ternyata kita di greet very well, diajak ngobrol. Sama anak-anak mereka juga profesional sekali, anak-anak saya juga diajak ngobrol,” katanya.

“Anak-anak saya bahkan bilang itu suntikan paling tidak berasa yang pernah mereka alami sepanjang hidupnya. Karena para petugasnya benar-benar care dan telaten, ngajak ngobrol terus sehingga anak-anak tidak fokus ke suntikan.”Pemerintah AS selalu berupaya agar seluruh lapisan masyarakatnya mau divaksin. Demi hal tersebut, tiap negara bagian membuat banyak kebijakan soal vaksin, termasuk hadiah untuk mereka yang mau divaksin.

“Pemerintah AS membuat banyak cara agar warga mau divaksin, seperti memberikan voucher dan juga lotre berhadiah US$ 1 juta di semua negara bagian,” kata Chandra.

“Ini benar terjadi. Beberapa hari setelah vaksin, saya mendapatkan email, isinya saya dapat voucher US$ 50 per orang. Karena bingung, saya tanya sepupu saya dan diredeem online sama dia. Benar, itu voucher bisa dibelanjakan di mana-mana, belanja online dan offline.”

Sementara soal lotere, Chandra mengatakan nama-nama orang yang sudah divaksin otomatis terdaftar. “Data kita masuk untuk bisa diundi. Tolong doakan saya semoga bisa dapat US$ 1 juta ya,” katanya sambil tertawa.

Terlepas dari pengalamannya dalam mendapatkan suntikan vaksin Pfizer di AS, Chandra mengaku tidak begitu menyarankan orang mengikuti jejaknya. Apalagi jika orang tersebut belum pernah sama sekali berkunjung ke Negeri Paman Sam.

“Intinya jangan dipaksakan. Ini tergantung kemampuan orang masing-masing. Posisi saya ini sudah paham dan terbiasa dengan Amerika karena pernah kuliah dan kerja di sana, jadi menurut saya pas saja untuk vaksinasi di sana,” katanya.

Ia tidak menganjurkannya karena vaksinasi di AS penuh dengan potensi masalah mendadak, apalagi saat traveling di masa pandemi seperti ini.

“Saya anjurkan kalau misalnya ada anak lagi sekolah di sana, resiko-resiko lebih kecil. Kalau untuk orang yang belum berpengalaman ke Amerika dan tidak ada saudara atau kenalan, saya tidak anjurkan,” tambahnya.

Chandra mengatakan untuk menyiapkan mental terhadap kemungkinan-kemungkinan buruk, serta memiliki banyak rencana A hingga Z saat ingin mendapatkan vaksin di AS.

“Kemungkinan terburuk misalnya hasil tes positif sebelum terbang. Jika terjadi seperti ini, sudah persiapkan plan lain tidak? Kalau saya sendiri sudah siap menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan terburuk. Kalau misalnya kami sekeluarga positif saat di AS, kami akan sewa rumah dan stay untuk isoman,” pungkasnya. (*)

Sumber: CNBC Indonesia

BACA JUGA

AS akan Bayar Uang Dukacita untuk Korban Serangan Drone Salah Sasaran di Afghanistan

Probatam

AS dan Inggris Ingatkan Warganya akan Ancaman Bahaya di Hotel Kabul

Dian Fitriani

Selandia Baru Laporkan Kematian Pertama Berkaitan dengan Vaksin Pfizer

Indra Helmi

Moderna Klaim Vaksinnya 93 Persen Masih Efektif Setelah Enam Bulan dari Dosis Kedua

Dian Fitriani

Israel Setujui Vaksinasi Anak-Anak Usia 5-11 Tahun dengan Penyakit Bawaan

Lamkaruna

80 Persen Lebih Kasus Covid-19 di AS Disebabkan Virus Corona Varian Delta

Dian Fitriani