PROBATAM.CO, Jakarta – General Manager Representative Office 1 Regional JTT Jasa Marga, Widyatmiko Nursejati menyebut gangguan teknis pada kamera pengawas atau CCTV seperti yang terjadi saat bentrokan di jalan tol Jakarta-Cikampek memang jarang terjadi.
Pengakuan itu disampaikan Widyatmiiko di gedung Komnas HAM saat tiba untuk memenuhi panggilan pemeriksaan lanjutan investigasi insiden yang menewaskan enam laskar Front Pembela Islam (FPI).
“Dan ini kerusakan ini jarang, apa istilahnya bisa terjadi, bisa ya, karena operasional di tol itu 24 jam maka ada ujian ada itu kadang,” kata Widyatmiko di Gedung Komnas HAM, Kamis (17/12).
Potensi gangguan teknis seperti yang terjadi pada Senin (7/12) dini hari itu menurut Widyatmiko memang kemungkinan saja bisa terjadi. Meski diakuinya memang jarang ditemukan.
Ia menerangkan, karena kerusakan tidak terlihat secara kasat mata maka perbaikan pun tak cepat dilakukan Jasa Marga. Kendati jarang terjadi, menurut Widyatmiko kerusakan semacam ini bukan kali pertama.
Gangguan serupa pernah terjadi beberapa waktu lalu.
“Pernah [terjadi], cuma istilahnya itu kalau dilihat dari potensi kerusakan memang jarang dan itu bukan kerusakan akibat fisik karena itu murni operasional,” sambung dia lagi.
Ia menambahkan, CCTV yang terpasang di ruas jalan tol pun merupakan teknologi bikinan manusia, sehingga selalu terbuka kemungkinan akan potensi kerusakan.
Pada pernyataan sebelumnya, Direktur Utama PT Jasa Marga, Subakti Syukur mengatakan 23 kamera pengawas atau CCTV di sekitar jalan tol Jakarta-Cikampek tetap berfungsi saat kejadian. Tapi, pengiriman data rekaman kala itu mengalami gangguan.
“CCTV-nya tetap berfungsi tapi pengiriman datanya itu terganggu. Hanya 24 CCTV dari KM 49 sampai 72. Itu hanya yang di lajur, di gerbang, dan lain-lainnya sebelumnya itu semua ada. Jadi hanya 23 (CCTV),” ungkap Syukur kepada wartawan di Gedung Komnas HAM, Jakarta pada Senin (14/12) lalu.
Bentrok antara laskar FPI dengan anggota polisi terjadi di jalan tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12) dini hari. Seteru di tengah pengintaian pentolan FPI Rizieq Shihab itu menewaskan enam orang dari Laskar Pembela Islam (LPI).
Kedua pihak yang terlibat bentrok menyampaikan kronologi versi masing-masing. Baik polisi maupun FPI sama-sama mengklaim mendapat serangan terlebih dulu. Itu sebab segera setelahnya Komnas HAM membentuk tim untuk mengusut insiden dan mengungkap fakta kejadian.(cnnindonesia)