PROBATAM.CO, Singapura – Pertumbuhan ekonomi Singapura berpotensi terkontraksi 4 persen hingga 7 persen pada tahun ini. Diperkirakan, realisasinya nanti menjadi titik nadir atau terendah dalam sejarah ekonomi Singapura tersebut sejak merdeka pada 1965 silam.
Kementerian Perdagangan Singapura mengatakan pandemi global virus corona atau covid-19 telah memukul kinerja ekspor, sektor utama perekonomian Singapura.
Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura merupakan yang ketiga kalinya pada tahun ini. Sebelumnya, Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura diproyeksikan terkontraksi 1 persen hingga 4 persen.
Kementerian Perdagangan Singapura menyebut bahwa estimasi baru dibuat, mengingat memburuknya prospek permintaan eksternal dan lockdown di sebagian wilayah di dalam negeri.
Mengutip Cnnindonesia, Selasa (26/5), apabila kontraksi ekonomi menyentuh tujuh persen, maka ini akan menjadi yang terburuk sejak negara itu meraih kemerdekaan.
Penutupan di pasar utama, seperti Amerika Serikat, Eropa dan Cina telah melumpuhkan permintaan ekspor. Lalu, penghentian perjalanan udara internasional telah menekan sektor pariwisata Singapura.
Singapura telah memerintahkan penutupan sebagian besar bisnis, menyarankan orang untuk tinggal di rumah, dan melarang pertemuan besar. Sementara para pejabat mengatakan mereka mungkin mulai melonggarkan aturan per awal Juni, dengan banyak pembatasan akan tetap diberlakukan.
Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat, yang juga Menteri Keuangan, diperkirakan akan mengumumkan langkah-langkah dukungan baru dalam pidatonya malam nanti. Itu akan menjadi tambahan dari paket-paket stabilisasi sebelumnya berjumlah 60 miliar dolar Singapura, yang dibayar dengan menggunakan kas negara.
Ekonom CIMB Private Banking Song Seng Wun berharap kuartal kedua bisa menanggung beban penuh dari kejatuhan akibat pandemi corona, dengan PDB diperkirakan berkontraksi 15-20 persen.
“Singapura adalah ekonomi kecil dan terbuka yang perdagangannya tiga kali lipat dari PDB. Kontraksi tajam adalah cerminan dari kerentanan eksternal,” katanya.
Kementerian perdagangan juga mengatakan ketidakpastian tetap ada, meski pembukaan beberapa aktivitas ekonomi perlahan muncul.
Pertama, ada risiko bahwa gelombang infeksi berikutnya di negara-negara besar, seperti AS dan zona euro lebih lanjut dapat mengganggu aktivitas ekonomi.
“Kedua, meningkatnya persepsi tentang ruang kebijakan fiskal dan moneter yang berkurang di banyak negara besar dapat merusak kepercayaan pada kemampuan pihak berwenang untuk merespons guncangan,” terang Wun.
Kementerian Perdagangan Singapura memperingatkan bahwa terlepas dari penurunan peringkat, masih ada tingkat ketidakpastian yang signifikan atas panjang dan beratnya wabah covid-19, serta lintasan pemulihan ekonomi.
Bank sentral Singapura pada Maret pun telah melonggarkan kebijakan moneter untuk mendukung ekonomi yang terkena virus.(*)