PROBATAM.CO – Ustaz Arifin Ilham meninggal dunia pada, Rabu (22/5/2019) malam di Penang, Malaysia. Almarum meninggal di usia 49 tahun karena beberapa penyakit yang diderita.
Selain kanker kelenjar getah bening dan infeksi paru-paru, pendakwah kondang itu dilaporkan terserang kanker nasofaring. Lantas apa kanker nasofaring itu?
Kanker nasofaring merupakan kanker yang terjadi di area nasofaring, yaitu di bagian atas tenggorokan di belakang hidung. Pada kanker nasofaring, terjadi pertumbuhan sel yang abnormal dan tidak terkontrol.
Belum banyak orang yang mengenal hal-hal seputar kanker nasofaring. Padahal, angka kejadiannya cukup mengkhawatirkan. Menurut data dari Globocan 2012, sebanyak 87.000 kasus baru nasofaring muncul tiap tahunnya. Spesifiknya, 61.000 kasus terjadi pada pria, sedangkan 26.000 terjadi pada wanita.
Selain itu, tercatat ada 51.000 kematian terjadi akibat kanker ini, yaitu 36.000 pada pria dan 15.000 pada wanita. Untuk itu, seperti kanker dan penyakit lainnya, penanganan dan deteksi dini kanker nasofaring sangat penting.
Setelah ditangani, kanker nasofaring bisa kembali lagi
Secara umum, penanganan kanker nasofaring meliputi tindakan pembedahan, radioterapi, kemoterapi, ataupun kombinasi ketiganya. Penanganan kanker nasofaring membutuhkan multidisiplin ilmu. Mulai dari dokter spesialis THT, bedah onkologi, onkologi radiasi, rehab medis, patologi anatomi, hingga dokter spesialis gizi.
Penatalaksanaan kanker nasofaring sendiri bergantung dari stadium, metastasis (penyebaran ke organ tubuh lain), dan kondisi tubuh penderita secara menyeluruh.
Setelah ditangani pun, kanker dapat kembali lagi atau disebut juga dengan rekuren. Rekurensi ini dapat terjadi secara lokal (di tempat yang sama atau di dekat tempat sebelumnya) atau jauh dari tempat awal dan menyebar ke organ lain (misalnya ke paru atau tulang). Jika kanker nasofaring berulang kembali, maka penanganan yang dilakukan belum tentu sama dengan penanganan sebelumnya.
Tingkat kesembuhan kanker nasofaring
Prognosis atau tingkat kesembuhan kanker nasofaring dapat bervariasi, tergantung dari stadium dan penyebaran kanker. Umumnya, tingkat harapan hidup pasien kanker nasofaring akan lebih tinggi jika terdeteksi sejak dini atau pada stadium awal.
Namun, banyak faktor yang juga berperan dalam tingkat kesembuhan dan tingkat harapan hidup. Misalnya usia pasien saat terdiagnosis, kesehatan pasien secara keseluruhan, lokasi kanker, serta respons pasien terhadap terapi kanker.
Dalam statistik medis, tingkat harapan hidup pasien kanker dinilai dalam lima tahun atau disebut juga dengan 5-year survival rate. Meski banyak pasien (setelah terdiagnosis kanker) dapat hidup lebih lama dari 5 tahun, tapi ini menggambarkan persentasi pasien yang hidup paling tidak lima tahun setelah terdiagnosis kanker.
Seperti panduan yang dipublikasikan oleh AJCC (American Joint Committee on Cancer) Cancer Staging Manual pada tahun 2017, 5-year survival rate pasien kanker nasofaring dibagi berdasarkan stadiumnya, antara lain:
- Kanker nasofaring stadium I: 72 persen
- Kanker nasofaring stadium II: 64 persen
- Kanker nasofaring stadium III: 62 persen
- Kanker nasofaring stadium IV: 38 persen
Sebagai contoh, 5-year survival rate atau tingkat harapan hidup pada pasien kanker nasofaring stadium IV adalah 38 persen. Ini artinya, 38 dari 100 kasus kanker nasofaring stadium IV masih bisa hidup hingga lima tahun setelah terdiagnosis.
Satu hal yang perlu diingat, tingkat harapan hidup dan tingkat kesembuhan pasien kanker nasofaring hanyalah prediksi statistik, bukan prediksi pasti. Faktanya, tak sedikit pasien yang masih bertahan hidup melebihi 5-year survival rate ini. Ini karena ada banyak faktor yang berperan dalam penentuan tingkat harapan hidup dan kesembuhan pasien kanker nasofaring.
Jadi, apakah kanker nasofaring bisa sembuh? Di dalam dunia medis, penyakit kanker tak bisa dikatakan sembuh. Istilah yang digunakan adalah remisi atau relaps. Remisi berarti pasien sudah diterapi dan dievaluasi, dan diketahui bahwa pasien tak lagi memiliki sel kanker di tubuhnya. Pada masa ini, pasien harus tetap kontrol teratur atau follow-up jangka panjang, karena kekambuhan masih bisa ditemukan hingga 10 tahun remisi.
sumber : Klikdokter