PROBATAM.CO, Jakarta – Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengungkapkan data negara-negara pemberi utang terbesar untuk Indonesia. Ternyata bukan China yang terbesar.
Hal tersebut disampaikan Faisal Basri saat diskusi yang diadakan Aliansi Pengusaha Nasional, kelompok pengusaha yang mendukung pasangan capres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
“Nggak benar kalau China kasih utang terbesar ke Indonesia, itu ngawur, tapi yang benar China memang kasih utang terbesar ke BUMN,” kata Faisal beberapa waktu lalu.
Data Bank Indonesia juga menunjukkan hasil yang sama. Hingga akhir Juni 2018, BI Bank mencatat sebanyak US$182,45 miliar atau sekitar Rp 2.662 triliun yang digelontorkan dari negara-negara kreditor kepada Indonesia.
Angka itu naik bila dibandingkan dengan per Juli 2017 sebesar US$176,61 miliar atau sekitar Rp 2.576 triliun. Hitungan tersebut menggunakan asumsi kurs Rp 14.590 per dolar AS.
Adapun lima pemberi utang terbesar hingga kuartal kedua tahun ini adalah: Singapura, Jepang, China, Amerika Serikat, dan Hong Kong. Singapura tercatat memberi pinjaman US$ 55,67 miliar dan Jepang sebesar US$ 28,66 miliar.
Sementara utang dari China sebanyak US$ 16,32 miliar, Amerika Serikat US$ 15,43 miliar, dan Hong Kong US$ 13,26 miliar.
Tak hanya itu, Faisal meminta utang Indonesia dilihat secara benar. Secara rasio, kata dia, utang Indonesia masih lebih baik dari beberapa negara lain.
Dari data tradingeconimics.com, hingga 2017, rasio utang Indonesia terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hanya 28,7 persen. Bandingkan dengan Jepang 253 persen, Amerika 105,4 persen, maupun India 68,7 persen.
Walau begitu, Faisal tetap mengkritik bahwa pembayaran bunga utang Indonesia terus naik setiap tahunnya meski rasio utang terhadap PDB cenderung rendah.
Menurut data Badan Pusat Statistik dan Kementerian Keuangan, Faisal menyebut utang luar negeri Indonesia hingga 2017 sudah mencapai Rp 3.942 triliun, atau naik dibandingkan 2016 yang mencapai Rp 3.467 triliun. Tapi bunga utang juga naik hingga Rp 217 triliun.
Selain itu, Faisal juga menyoroti bagaimana 60 persen dari Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan Kementerian Keuangan dimiliki oleh pihak asing. Hanya 40 persen yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Di negara lain seperti Jepang, rasio utang terhadap PDB mencapai 253 persen, tapi lebih banyak berutang kepada rakyat mereka sendiri.
Kondisi ini juga diperburuk dengan bunga utang Indonesia yang mencapai 20 persen, lebih tinggi dari Jepang yang hanya 10 persen, maupun India dan Thailand 4 persen. “Jadi kalau negara lain lebih banyak bayar bunga ke rakyat sendiri, kita bayar ke luar negeri,” kata Faisal.
Baca artikel menarik lainnya di Bizlaw.id